Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Temanggung - Aroma khas daun tembakau menyeruak di perbatasan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kebun-kebunnya mengepung jalanan. Di sana, tembakau bahkan dijadikan penyedap untuk memasak nasi goreng.
Menu unik itu belakangan kesohor di kalangan pecinta kuliner tradisional. Namun tak banyak penduduk setempat yang mengetahui menu baru ini. Bahkan juru parkir di Alun-alun Temanggung bersikeras warung nasi goreng itu tak pernah ada. "Enggak ada itu. Temanggung khasnya bakso uleg,” katanya saat ditanya soal menu unik itu, akhir Juli lalu.
Warung tersebut kabarnya berada di dekat Alun-alun Temanggung. Karena tak populer, mencarinya pun sulit. Ternyata warung itu menyempil di sisi barat alun-alun.
Keberadaannya tenggelam oleh papan-papan toko oleh-oleh khas Temanggung, yang menyesaki jalan sekitar alun-alun. Hanya tulisan nasi goreng mbako di dinding yang menjadi penanda warung ini.
Warung tersebut diberi nama Tebers, kependekan dari Temanggung Bersenyum. Interiornya klasik. Cat berwarna kuning sengaja dibuat mengelupas sehingga menonjolkan bata merah agar terkesan tempo doeloe. Deretan foto bupati lawas menghiasi dinding, bersanding dengan kuali-kuali tanah liat.
Meja dan kursi dibuat tak seragam. Ada yang dari kayu, ada yang dari bambu. Meja untuk lesehan bahkan terbuat dari bekas daun pintu. Warna kayunya kusam dan tampak tua. Suasana warung memang pas jika ingin mendapatkan sensasi zaman baheula.
Di lembar menu tercantum dua jenis nasi goreng yang menjadi andalan: nasi goreng mbako dan nasi goreng mbako srinthil. Oh ya, tembakau adalah tanaman khas Temanggung, terutama tembakau srinthil yang ikonis itu. Itu sebabnya harga nasi goreng mbako srinthil lebih mahal, yakni Rp 19 ribu, sementara harga nasi goreng mbako biasa hanya Rp 14 ribu.
Nasi goreng mbako disajikan di atas piring yang terbuat dari anyaman bambu beralas daun pisang. Menurut petugas kasir, Anang, warna nasi goreng yang cokelat kemerahan adalah hasil campuran biji tembakau yang ditumbuk halus. Rasanya sedap dan gurih.
Nasi goreng mbako ditaburi rajangan daun tembakau yang masih hijau, bawang goreng, serta suwiran ayam. Irisan mentimun dan tomat menjadi pemanis di tepian daun pisang.
Sedangkan nasi goreng mbako srinthil hanya diberi garnis bawang merah dan potongan cabai hijau plus potongan daging kambing. Selain irisan mentimun dan tomat, ada emping melinjo. Ini mengingatkan kita dengan sajian nasi goreng Aceh yang khas dengan emping melinjonya. “Daun tembakaunya bisa sekadar hiasan,” tutur Anang.
Rasanya berbeda dengan nasi goreng lain. Rajangan daun tembakau membuatnya lebih istimewa. Rasa pahit sempat mencubit pangkal lidah. Namun tetap saja nikmat. Padahal saya bukan seorang perokok yang terbiasa menghirup aroma tembakau.
Sebagai penutup menu utama, ada jus Tebers. Isinya berupa campuran sawi hijau dan nanas yang diblender. Rasa nanas yang asam menjadi penghalau rasa sawi. Lumayan.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini