Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Happy Salma Nilai Desak Nyoman Suarti Sosok Eksentrik  

Kisah Desak Nyoman Suarti menarik, sebagai desainer perhiasan perak khas Indonesia, ia berani menghadapi tuntutan pengadilan di Amerika Serikat.

26 Agustus 2015 | 22.18 WIB

Happy Salma memerankan sosok istri Sukarno, Inggit Ganarsih, mengungkapkan kekecewaan ketika sang suami menuntutnya untuk memberi keturunan, dalam pementasan Monolog Inggit, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (9/5). TEMPO/Dasril Roszandi
Perbesar
Happy Salma memerankan sosok istri Sukarno, Inggit Ganarsih, mengungkapkan kekecewaan ketika sang suami menuntutnya untuk memberi keturunan, dalam pementasan Monolog Inggit, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (9/5). TEMPO/Dasril Roszandi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Ada banyak seniman di Indonesia yang memiliki kisah menarik untuk dituliskan. Namun, Happy Salma memilih kisah Desak Nyoman Suarti untuk ia tulis dalam buku terbarunya. Apa alasan Happy Salma memilih seniman asal Ubud, Bali tersebut.

Selain seorang penari dan pelukis, Desak Nyoman Suarti juga merupakan seorang desainer perhiasan perak dengan motif khas dari Indonesia. Profesinya sebagai desainer inilah yang membuatnya dikenal di kota New York, Amerika Serikat sejak sebelum tahun 1990.

"Karya Desak itu mencerminkan kekayaan motif bangsa Indonesia," katanya dalam jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, Rabu, 26 Agustus 2015. Ia juga melanjutkan bahwa karya-karyanya sangat unik dan tidak konvensional.

"Karyanya memang agak menyimpang karena dia itu pribadi yang eksentrik dan enggak biasa. Nah, pribadinya ini tercermin dari hasil karyanya," lanjut ibu dari Tjokorda Sri Kinandari Kerthyasa ini.

Namun ternyata, ini bukanlah satu-satunya alasan mengapa Happy ingin menuliskan kisahnya. Desak Nyoman Suarti pernah dituduh telah mencuri hak cipta milik seorang seniman Amerika yang mematenkan motif ragam has yang berasal dari khazanah budaya bangsa. Di Negeri Paman Sam tersebut, dengan berani ia menghadapi tuntutan tersebut.

"Orang Indonesia yang bisa melawan Pengadilan Putih di Amerika itu susah," terang Happy. Wanita yang telah menulis beberapa buku ini mengaku ia sangat kagum akan keberanian Desak demi memperjuangkan warisan bangsa.

"Dia itu bukan perempuan sembarangan, makanya saya mau tulis tentang dia dan saya harap kisahnya bisa menginspirasi masyarakat Indonesia, " lanjut Happy.

DINI TEJA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadriani Pudjiarti

Hadriani Pudjiarti

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus