Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perilaku body shaming, merupakan sesuatu yang harus dihindari. Perilaku ini harus dihindari karena mampu membawa efek buruk bagi para korbannya. Sebuah studi menunjukan bahwa korban body shaming setelah dipermalukan akan merasa tidak percaya diri dan bahkan bisa membenci diri sendiri. Tidak hanya itu, lebih ekstrimnya lagi, korban body shaming juga akan berada pada kondisi depresi dan berpotensi besar untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun, masih banyak orang yang belum sadar akan bahaya body shaming ini. Kebanyakan dari mereka menganggap ucapan mempermalukan tersebut menjadi sebagai sebuah candaan semata yang tak akan berdampak apa-apa bagi para korban body shaming.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Orang-orang ini juga acap kali tak sadar bahwa ucapan-ucapannya tersebut termasuk dalam kategori body shaming. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa kata-kata yang sering digunakan sebagai candaan padahal kata ini bentuk dari body shaming:
1. "Kamu kelihatan makin gemuk, deh. Diet, dong!
Hidup di era “body goals” membuat banyak orang merasa tertuntut untuk punya bentuk tubuh yang ideal menurut pandangan masyarakat secara umum. Tapi, bukan berarti itu membuat seseorang jadi punya hak untuk ‘menuntut’ bentuk tubuh ke orang lain. Selain itu, seseorang juga tidak akan pernah tahu seberapa keras usaha yang telah dilakukan orang lain untuk menurunkan berat badannya.
2. "Bajunya 'rame' banget, kok kamu pede, sih?"
Mungkin seseorang tidak sadar perkataan yang satu ini termasuk juga ke dalam perilaku body shaming. Selain mengomentari fisik, tindakan body shaming juga berlaku ketika seseorang mengomentari pakaian yang dipakai di waktu yang tak tepat. Hal ini bisa membuat kepercayaan diri orang yang dikomentari menjadi hilang.
3. “Kalau kulit gelap gitu, gimana mau kelihatan cantik?”
Definisi cantik menurut orang pasti berbeda. Tapi sangat disayangkan jika ada yang membatasi kriteria cantik hanya unutk orang-orang yang langsing, putih, dan tinggi. Kemudian berkomentar jika orang-orang yang berkulit sawo matang, bertubuh curvy, dan mungil tidak bisa menjadi cantik. Padahal bagaimanapun penampilan seorang perempuan, pasti punya sisi cantiknya sendiri-sendiri.
4. “Ya ampun, kamu kok makin kurus sih!”
Seseorang kerap ingin berempati dengan mengomentari badan yang mengalami perubahan. Namun, bisa saja orang tersebut saat ini sedang sakit atau banyak pikiran. Sehingga berat badannya turun. Jadi, untuk berempati ke teman, bisa pilih perkataan lain yang tidak menyinggung soal fisik.
5. “Lagi banyak pikiran ya? Jerawat di muka makin numpuk gitu.”
Pada kalimat yang termasuk body shaming tersebut, pertanyaan pertama menunjukkan kepedulian pada seseorang. Tapi sayangnya, kalimat itu diikuti oleh pernyataan yang mungkin saja bisa membuat seseorang tersebut menjadi sedih. Ibaratnya, pernyataan tersebut “memperjelas” keadaan yang sudah pasti disadari oleh orang yang mengalaminya.
WINDA OKTAVIA