Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Tika Bisono menyatakan, penolakan keluarga dapat memengaruhi kondisi psikologis kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau LGBT. Dampak psikologis tersebut bergantung seberapa dekat kaum LGBT dengan anggota keluarganya.
“Manusia adalah binatang yang selalu ingin bersosialisasi atau disebut animal symbolicum. Binatang itu simbol makhluk hidup,” ujar Tika saat dihubungi Tempo, Kamis, 26 Oktober 2017.
Menurut Tika, minimnya dukungan dari keluarga akan membuat kaum LGBT merasa tak diterima dan disingkirkan. Apalagi jika kaum LGBT itu dekat dengan keluarganya. Berbeda dengan kaum LGBT yang tradisi keluarganya terbiasa lebih mementingkan urusan sendiri-sendiri. Karena kebiasaan itu, belum tentu kaum LGBT merasa frustasi bila tidak mendapat dukungan.
Baca juga: Sumpah Pemuda 2017, Blogger: Abaikan Hater, Nguras Energi
“Tapi bisa juga keluarganya tetap sakit hati,” kata Tika.
Berdasarkan pengalaman Tika, mayoritas permasalahan kaum LGBT adalah tak diterima oleh anggota keluarga. Selain itu, muncul perasaan tertekan dan tidak berani mengungkapkan apa yang terjadi kepada keluarga.
“Jadi buat mereka pendekatan dengan keluarga masih sangat signifikan,” jelasnya.
Selain dukungan keluarga, peran orangtua juga penting untuk menciptakan keharmonisan di dalam keluarga. Orangtua perlu membimbing anak agar merasa nyaman berada di rumah. Alasannya, lingkungan di luar rumah dapat mempengaruhi pola berpikir, termasuk merangkul anak menjadi LGBT.
“Justru banyak persoalan di rumah. Ini yang harus dikasih perhatian besar-besaran di rumah,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini