Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak baru lahir seharusnya bayi sudah diberikan imunisasi untuk mencegah risiko penyakit yang dapat membahayakan tubuh kecilnya. Namun banyak orang tua yang masih tidak memberikan imunisasi lengkap untuk anaknya karena mitos-mitos miring tentang imunisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Manusia pada dasarnya mempunyai sistem imun tubuh sejak masih dalam kandungan. Namun, sistem imun pada bayi belum bekerja seoptimal orang dewasa, sehingga bayi lebih rentan sakit. Lalu bagaimana bila bayi tetap tak diimunisasi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Antara, Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Mei Neni Sitaresmi, menyebutkan kematian bayi dan balita disebabkan penyakit, seperti radang paru-paru, diare, infeksi otak bahkan campak. Karena itu diperlukan imunisasi untuk mencegah hal tersebut.
Selain itu, Mei menyebutkan imunisasi dapat pula mencegah stunting atau kekerdilan pada balita. Ia menegaskan pula imunisasi merupakan cara tepat untuk mencegah penyakit lainnya pada balita.
Berdasarkan hasil penelitian, tercatat 1 juta anak di 62 negara yang mendapatkan imunisasi lengkap berisiko meninggal lebih kecil dibandingkan anak yang tidak diimunisasi atau imunisasinya tidak lengkap.
Bahkan penelitian terhadap 286.500 anak di pedesaan Indonesia yang berusia 12-59 bulan diketahui prevalensi stunting pada balita yang tidak diimunisasi dua kali lipat lebih banyak dibandingkan balita yang diimunisasi lengkap.
Masih dilansir dari Antara, senada dengan Mei Neni, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro, mengatakan imunisasi berperan penting untuk membangun kekebalan pada anak akan penyakit tertentu. Lebih dari itu, bahkan bertujuan menghilangkan salah satu penyakit berbahaya di dunia, yaitu cacar.
ANNISA FIRDAUSI