Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Fobia Fear of Missing Out alias FOMO belakangan menjadi masalah kesehatan mental yang banyak menjangkiti para pencandu media sosial. FOMO adalah orang-orang yang takut ketinggalan berita terbaru. Istilah kerennya ‘takut nggak update’. FOMO dianggap salah satu penyakit para penggila jejaring sosial.
FOMO menyebabkan seseorang selalu gelisah karena takut ketinggalan berita terbaru di medsos. Penderita FOMO takut ketinggalan tren, merasa dikucilkan, gelisah bila tidak terhubung dan mengikuti tren di jagat maya.
Aplikasi Instagram saat ini tidak hanya berfungsi sebagai media berbagi foto. Platform yang satu ini kini dilengkapi fitur Instagram Story untuk berbagi aktivitas sehari-hari dalam format video. Canggihnya Instagram membuat para pengguna makin mudah terjangkit FOMO. “Melihat teman-teman pergi berlibur atau menikmati malam hari di luar membuat anak-anak muda merasa mereka seperti terkucilkan sementara orang lain menikmati hidup. Perasaan ini bisa memunculkan perilaku membandingkan lalu membuat mereka putus asa,” kata tim peneliti Royal Society of Public Health (RSPH), sebuah lembaga independen untuk kesehatan masyarakat di Britania Raya. Baca: Seracen Guncang Media Sosial, Picu Stres Pasca Trauma
Fakta lain, medsos memicu anak muda menaruh ekspektasi yang tidak realistis sehingga menciptakan perasaan kekurangan dan rendah diri. Hal ini, menurut para pakar, menjelaskan mengapa Instagram –tempat di mana foto pribadi menjadi pusat perhatian— menerima nilai terburuk sebagai pemicu kecemasan dan pencitraan tubuh. “Instagram bisa dengan mudah membuat para wanita merasa tubuh mereka tidak cukup bagus saat dibandingkan dengan orang lain. Mereka akan menambah filter dan menyunting foto agar terlihat sempurna,” tulis salah seorang responden survei.
Untuk mengurangi efek merugikan dari medsos terhadap anak-anak dan remaja, RSPH menyerukan agar perusahaan media membuat peringatan “penggunaan berat” di aplikasi medsos. Tujuannya, untuk mengingatkan para pengguna tentang batas penggunaan medsos. Baca: Di Dunia Maya, Generasi Millenial Lebih Memilih Main Media Sosial
Saran itu didukung oleh 71 persen responden. Selain itu, perusahaan media sosial pun diminta untuk mengidentifikasi dan memberi tanda untuk foto-foto yang dimanipulasi secara digital. Harapannya tindakan itu dapat menolong para pengguna media sosial yang menderita gangguan kesehatan mental akibat cemas akan citra diri mereka. “Media sosial tidak akan menghilang dalam waktu dekat dan memang tidak seharusnya menghilang. Namun, kita harus siap mendidik pengguna dan memelihara inovasi yang akan memegang masa depan ini,” kata pihak RSPH.
TABLOID BINTANG
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini