Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak perilaku yang memperbesar risiko obesitas. Salah satunya, perilaku pasif seperti menonton televisi atau main ponsel sambil tiduran di kasur dan mengkonsumsi camilan. Makan sambil menonton, mendorong anak-anak hingga orang dewasa tidak menyadari sudah kenyang apa belum. Jika dibiarkan akan memicu overeating, mengingat makin lama berada di depan televisi, makin banyak makanan yang dilahap.
Baca: Kirab Adat Pesta Kahiyang Ayu, Jokowi Sawer Bingkisan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal tersebut diungkap oleh konsultan psikologi anak, Aurora Lumbantoruan, di Jakarta, pekan ini. Ia mengatakan setidaknya ada dua pendapat berdasarkan riset. Pertama, saat stres, otak butuh energi (misalnya dari glukosa) untuk menghasilkan kemampuan mengendalikan diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kedua, manusia pada dasarnya berjuang untuk tetap ada. Saat stres, otak cenderung mengeluarkan sinyal untuk makan seolah-olah kita tidak bisa melakukan hal lain. Maka kita harus cari alternatif cara mengelola stres. Salah satunya mensugesti diri bahwa kita bisa mengendalikannya tanpa harus makan banyak," kata Aurora dalam talk show "Dampak Obesitas Anak dalam Jangka Panjang: Dampak Klinis dan Psikososial” bersama Forum Ngobras.
Baca: 7 Batu di Pesta Kahiyang Ayu, Simbol 7 Turunan yang Penuh Makna
Ia menambahkan, ada banyak cara sederhana untuk menghambat risiko obesitas. "Jalan di alam terbuka, yoga, meditasi, atau sesimpel menarik napas dalam-dalam agar lebih banyak oksigen masuk untuk memperbaiki metabolisme tubuh. Kalau pun ingin makan, konsumsilah karbohidrat kompleks agar tubuh lama mencerna makanan itu, sehingga menunda lebih lama rasa lapar. Buah-buahan sangat direkomendasikan," kata Aurora.
Mencegah obesitas bukan semata demi menjaga penampilan. Aurora mengingatkan saat anak mengalami obesitas, kemungkinan besar teman-temannya tidak tertarik bergaul dengannya. "Akibatnya anak merasa tidak diterima oleh lingkungan. Ada pelabelan, anak mendapat nickname (nama panggilan) yang mengacu pada bagian tubuhnya yang menggemuk. Dan itu sangat menyakiti perasaan," tutupnya.