Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Anak generasi Z dan Alpha memang hidup di era kemajuan teknologi yang canggih sehingga orang tua juga tidak bisa memisahkan mereka dari perkembangan ini. Psikolog anak dan keluarga Lembaga Psikolog Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Irma Gustiana Andriani mengatakan anak yang terlalu sering bermain atau kecanduan gawai berisiko mengalami gangguan mental.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Anak yang terlalu sering terpaku dengan gawai menurut penelitian itu berpotensi menyebabkan kecemasan, depresi tingkat awal, perasaan tidak berdaya, hingga gangguan mental narsistik,” jelas Irma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menyebut risiko gangguan mental tersebut dapat muncul apabila anak terus-menerus bermain gawai tanpa diimbangi aktivitas fisik dan kurang bermain interaktif secara langsung. Aktivitas pasif yang melibatkan anak terhubung dengan alat teknologi canggih dapat menyebabkannya kurang terlibat dengan dunia luar, bahkan juga berisiko kesulitan mengekspresikan perasaan.
Ada juga manfaatnya
Meski demikian, Irma menjelaskan teknologi sebetulnya memiliki banyak kebaikan dan manfaat bagi semua umat, termasuk anak-anak. Namun, penggunaan yang salah dan kurangnya pengawasan orang tua akan membuatnya menjadi buruk.
“Teknologi sebetulnya banyak sekali manfaatnya namun bila orang tua tidak mengantisipasi, kemungkinan buruknya juga banyak,” jelasnya.
Hal ini senada dengan penelitian Boston College dari profesor psikologi Amerika Serikat, Dr. Peter Gray, yang menyebut sesi bermain anak di tahun-tahun awal dan selama sekolah dasar hingga menengah memiliki dampak besar bagi tumbuh kembangnya. Dampak dari ponsel pintar dan media sosial yang terbesar.
Namun, ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan, di antaranya mengenalkan anak pentingnya alam hingga mengembangkan perwujudan dan mendorong kemandirian setiap anak melalui pola pikir yang berkembang.