Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Ayu Dewi Utari mengeluhkan perilaku sejumlah pendaki gunung tak patut ditiru. Salah satu 'penyakit' akut dari pendaki adalah membuang sampah sembarangan.
"Kami tak pernah bosan mengingatkan agar seluruh pendaki membawa pulang sisa sampah yang dibawa saat naik," kata Ayu, Senin, 18 Mei 2015.
Sampah yang dikumpulkan petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) disepanjang rute pendakian Gunung Semeru dari Pos Ranupani sampai Pos Arcopodo sejak 1 Mei lalu mencapai sekitar 1,5 ton.
Seluruh sampah kemudian diangkut dengan tiga truk ke tempat pembuangan sampah di wilayah Malang. Tahun lalu, sampah yang dibersihkan petugas TNBTS bersama beberapa elemen, terutama masyarakat dan pecinta alam, sebanyak 18 truk.
Ayu menjelaskan, pada 1 Mei kegiatan pendakian ke Semeru kembali dibuka setelah ditutup sejak Desember tahun lalu. Begitu dibuka, jumlah calon pendaki yang mendaftar secara online membludak.
Namun semua pendaki tak boleh naik sekaligus lantaran pengelola kawasan memberlakukan kuota 500 orang pendaki per hari sehingga mereka harus sabar mengantre untuk naik. Masalahnya, antusiasme para pendaki yang begitu tinggi tidak disertai dengan sikap mental yang baik. Sampah yang bertumpuk dan berserakan menjadi contoh nyatanya.
Sampah plastik dan tisu basah paling banyak ditemukan di lapangan. Tisu basah biasanya dipakai pendaki untuk membersihkan muka dan tangan, serta untuk membersihkan kotoran sehabis buang air besar.
Kebanyakan sampah ditemukan di Pos Ranu Kumbolo, Pos Kali Mati, dan Pos Arcopodo. Itu belum termasuk sampah nonorganik yang dikubur di dalam tanah oleh pendaki nakal.
“Kalau sampah organik sisa makanan tidak masalah karena gampang terurai di dalam tanah. Kalau sampah kering ditanam ke tanah atau dibakar, itu jelas pelanggaran dan merusak lingkungan,” kata Ayu.
Salah seorang pendaki senior, Andi Iskandar alias Andi Gondronk, mengingatkan agar para pendaki mematuhi tiga etika yang menjadi prinsip dasar dalam kegiatan petualangan.
Tiga etika itu adalah dilarang mengambil apa pun kecuali foto, dilarang meninggalkan apa pun kecuali jejak, serta dilarang membunuh apa pun kecuali waktu.
ABDI PURMONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini