Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Kemenkes Sebut Kematian Akibat DBD hingga Maret 2024 mencapai 343 Jiwa, Begini Antisipasi Demam Berdarah

Kasus DBD di Indonesia meningkat hingga Maret 2024, kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa. Perhatikan tips antisipasi dari demam berdarah.

2 April 2024 | 09.10 WIB

Petugas fogging melakukan pengasapan di RW 05, Sunter Agung, Jakarta Utara, Selasa, 8 Agustus 2023. Kegiatan fogging ini sebagai upaya untuk mencegah meluasnya demam berdarah dengue (DBD) di daerah tersebut. Sebelumnya, salah seorang warga di RW 05 terkena DBD. Masyarakat diminta untuk mewaspadai akan ancaman DBD saat musim kemarau dengan tetap menjaga kebersihan dilingkungan tempat tinggal. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Petugas fogging melakukan pengasapan di RW 05, Sunter Agung, Jakarta Utara, Selasa, 8 Agustus 2023. Kegiatan fogging ini sebagai upaya untuk mencegah meluasnya demam berdarah dengue (DBD) di daerah tersebut. Sebelumnya, salah seorang warga di RW 05 terkena DBD. Masyarakat diminta untuk mewaspadai akan ancaman DBD saat musim kemarau dengan tetap menjaga kebersihan dilingkungan tempat tinggal. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Indonesia hingga Maret 2024 meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan jumlah kasus pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Update minggu ke-12 tahun 2024 jumlah kasus mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi dikonfirmasi di Jakarta, Ahad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama bulan Maret ini, terjadi penambahan sekitar 4.809 kasus dibandingkan dengan laporan sebelumnya. Pada Maret 2023, jumlah kasus dilaporkan sebanyak 17.434 kasus dengan jumlah kematian 144 jiwa.

Masdalina Pane, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), mengatakan bahwa tren peningkatan kasus Dengue saat ini memerlukan upaya mitigasi dari berbagai pihak terkait.

"Sebenarnya kenaikan kasus Dengue telah terjadi sejak November 2023 di beberapa wilayah. Tapi sepertinya kita tidak serius mengendalikannya, sehingga wilayahnya bertambah luas dan kasus terus meningkat," katanya.

Meskipun tren ini kemungkinan akan berakhir ketika siklus reproduksi nyamuk Aedes aegypti kembali normal, Masdalina menegaskan bahwa situasi saat ini tidak boleh dibiarkan karena dapat mengakibatkan jumlah korban yang banyak.

Masdalina juga meminta pemerintah daerah (pemda) untuk fokus pada penanggulangan Dengue di wilayah masing-masing, meskipun sedang sibuk dengan persiapan Pilkada. Menurutnya, kesalahan kolektif dalam mendeteksi dini dan merespons kejadian Dengue dapat berdampak pada masyarakat yang akhirnya menanggung akibatnya.

"Indikator utama pengendalian wabah itu adalah kasus tidak meningkat dan tidak meluas. Jika kasus dan kematian terus bertambah, itu artinya kita gagal melakukan pengendalian dengan korban tidak sedikit," ujarnya.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa pihaknya telah memfasilitasi permintaan larvasida dan insektisida untuk penanggulangan Dengue yang mengalami peningkatan tren. 

Dia juga mengingatkan masyarakat untuk melengkapi penanggulangan Dengue dengan pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan rapid test atau mengunjungi puskesmas atau rumah sakit terdekat jika mengalami gejala Dengue.

"Kami sudah siapkan larvasida untuk mematikan jentik-jentik, kami siapkan insektisida kalau mau di-fogging," katanya.

Tips Terhindar dari Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD dapat menyebabkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta ruam merah pada kulit. Pada kasus yang parah, DBD dapat berakibat fatal.

1. 3M Plus

Menguras: Bak mandi, toren air, dan tempat penampungan air lainnya minimal 1 minggu sekali.

Menutup: Rapat-rapat tempat penampungan air seperti bak mandi, toren air, dan drum.

Mendaur ulang: Barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti botol plastik, kaleng bekas, dan ban bekas.

Penting juga bagi masyarakat untuk meletakkan abate (larvasida) di tempat penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender dan zodia, serta menggunakan kelambu saat tidur.

2. Gunakan Losion Anti Nyamuk

Oleskan losion anti nyamuk ke seluruh tubuh, terutama pada bagian yang sering terbuka seperti tangan dan kaki. Gunakan losion anti nyamuk yang mengandung DEET minimal 10%.

3. Pakai Pakaian Tertutup

Saat beraktivitas di luar ruangan, kenakan pakaian tertutup seperti celana panjang dan baju lengan panjang.

4. Bersihkan Lingkungan Rumah

Bersihkan lingkungan rumah secara rutin dari sampah dan barang bekas yang dapat menampung air hujan.

5. Fogging

Lakukan fogging secara berkala untuk membunuh nyamuk dewasa di lingkungan rumah.

6. Vaksinasi DBD

Vaksinasi DBD dapat membantu mencegah penyakit DBD. Vaksin ini tersedia untuk anak-anak usia 9-16 tahun.

7. Segera Berobat ke Dokter

Jika Anda mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta ruam merah pada kulit, segera berobat ke dokter.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, Anda dapat membantu melindungi diri dan keluarga dari penyakit DBD.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus