Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Kenali Penyabab dan Gejala Hiperakusis

Hiperakusis merupakan penurunan toleransi suara terhadap suara lingkungan biasa.

10 Oktober 2023 | 15.03 WIB

Ilustrasi wanita menutup telinga. Freepik.com/Jcomp
Perbesar
Ilustrasi wanita menutup telinga. Freepik.com/Jcomp

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Hiperakusis merupakan penurunan toleransi suara terhadap suara lingkungan biasa. Hiperakusis merupakan gejala dari kondisi medis tertentu. Orang dengan hiperakusis sering kali menganggap suara biasa terlalu keras dan suara keras tidak nyaman atau menyakitkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, penderita hiperakusis menggambarkan pengalaman suara sehari-hari yang awalnya normal menjadi dianggap dirasakan sebagai suara yang keras, tidak menyenangkan, menakutkan, dan menyakitkan. Hiperakusis dapat menyebabkan depresi, kecemasan, insomnia dan pikiran untuk bunuh diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyebab Hiperakusis

Hiperakusis sering dikaitkan dengan tinitus, yakni suara berdengung, berdenging atau bersiul di telinga, dan distorsi suara. Biasanya kedua telinga terkena, meskipun ada kemungkinan hanya terjadi pada satu telinga. Jenis lain dari berkurangnya toleransi terhadap suara termasuk 'perekrutan kenyaringan' dan 'fonofobia'.

Dikutip dari Betterhealth.vic.gov.au, beberapa penyebab hiperakusis yang diketahui meliputi:

- Perubahan pendengaran akibat penuaan

- Paparan satu kali terhadap suara keras, seperti ledakan

- Tamparan di telinga

- Paparan kronis terhadap kebisingan, seperti bekerja di lingkungan yang bising

- Obat-obatan tertentu

- Cedera kepala

- Operasi pada telinga

- Kelumpuhan saraf wajah yang dapat menyebabkan mekanisme di telinga tengah yang melindungi Anda dari suara keras tidak berfungsi

- Prosedur medis, membersihkan saluran telinga yang tersumbat dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap suara untuk sementara.

Jika Anda memiliki intoleransi terhadap suara di satu telinga saja, hal ini harus diperiksa untuk mengetahui adanya neuroma akustik (tumor) pada saraf keseimbangan (vestibular). Tumor akan lebih mudah diangkat jika terdeteksi sejak dini. Namun, meski tumor ditemukan, tidak semua kasus memerlukan pengangkatan.

Gejala Hiperakusis

Orang dengan hiperakusis mungkin mengalami suara yang dianggap normal oleh orang lain, seperti tidak nyaman, sangat keras, menyakitkan, atau bahkan menakutkan. Suaranya yang keras mungkin sedikit mengganggu atau begitu kuat sehingga menyebabkan kesulitan menjaga keseimbangan atau mengalami kejang.

Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut gejala lain hiperakusis.

- Berdenging di telinga

- Sakit telinga

- Perasaan penuh atau tertekan di telinga, mirip dengan berada di pesawat terbang, sebelum telinga Anda “meletus”

Gejala-gejala ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kehidupan sosial Anda. Pengalaman terus-menerus merasa kewalahan dengan suara-suara yang intens dan tidak menyenangkan dapat menyebabkan hal-hal berikut ini:

- Kecemasan 

- Depresi 

- Masalah hubungan

- Isolasi dan penghindaran sosial

Gejala dapat bertambah parah jika Anda merasa stres atau lelah. Jika Anda mengantisipasi, harus berinteraksi di ruangan yang Anda khawatirkan akan menimbulkan kebisingan yang tidak menyenangkan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus