Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Kenali Penyebab, Gejala, dan Bahaya GERD

Nyeri dada dan terasa panas? Bisa jadi itu gejala GERD atau isi lambung yang naik kembali ke atas. Apa pemicunya?

21 Februari 2021 | 20.25 WIB

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Perbesar
Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - GERD tengah menjadi trending topik di Twitter. Buat penderita GERD, pasti sudah paham betul apa yang dirasakan ketika sedang kambuh. Badan lemas, kepala pusing, dada sesak dan panas, dan tenggorokan tidak enak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dikutip dari RS Permata, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mengalir kembalinya (refluks) isi lambung ke esofagus karena cincin otot antara kerongkongan (esofagus) dan lambung melemah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan GERD adalah:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

-Hernia hiatal, kondisi di mana bagian atas lambung masuk ke rongga dada melalui lubang diafragma (hiatus) yang dapat disebabkan oleh batuk, muntah, mengejan, atau aktivitas fisik tiba-tiba sehinga tekanan abdomen meningkat.
-Pola makan, dengan pemicu beberapa makanan dan minuman, seperti cokelat, gorengan, makanan berlemak, atau minuman beralkohol.
-Merokok
-Obesitas
-Kehamilan

Gejala antara gastritis dan GERD hampir mirip karena terdapat beberapa keluhan yang serupa. Namun, ada gejala khas yang paling sering dialami penderita GERD yaitu:

Rasa nyeri terbakar di dada
Rasa nyeri terbakar di dada merupakan nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang berpindah dari lambung ke dada atau bahkan ke tenggorokan. Rasa nyeri dan terbakar bertahan selama 2 jam dan sering diperberat setelah makan dan berbaring, sedangkan posisi berdiri dapat memperingan gejala.

Nyeri dada seperti terbakar dan tertindih dapat menjadi keliru dengan penyakit jantung atau serangan jantung. Perbedaan antara keduanya terletak pada kegiatan fisik di mana aktivitas dapat memperberat nyeri pada penyakit jantung dan istirahat dapat meringankan nyeri tersebut. Nyeri pada GERD tidak diperberat dengan aktivitas. Jika tidak dapat membedakannya, carilah bantuan medis segera jika terdapat nyeri dada.

Regurgitasi
Regurgitasi yang dirasakan, seperti makanan kembali lagi ke mulut, meninggalkan rasa asam dan pahit. Gejala tersebut dapat disertai dengan keluhan:

-Perut begah (kembung)
-Sendawa
-Mual
-Muntah
-Sulit menelan, kerongkongan terasa perih
-Penurunan berat badan tanpa penyebab yang diketehui
-Sesak

Penanganan GERD dapat dilakukan dengan:
-Perubahan pola makan. Makanan yang sebaiknya dihindari para penderita GERD adalah cokelat, makanan berlemak, kafein, dan minuman beralkohol, jus dan buah jeruk, produk tomat, dan lada.

-Mengurangi porsi makan dan makan lebih sering dapat membantu mengontrol gejala. Makan makanan paling lambat 2-3 jam sebelum tidur dapat meringankan refluks karena membiarkan asam lambung berkurang dan pengosongan perut terjadi secara bertahap.

-Menurunkan berat badan pada pasien obesitas.

-Hindari merokok

-Baringkan kepala dengan bantal setebal 10 -15 cm.
-Jangan menggunakan pakaian atau ikat pinggang yang terlalu ketat.

-Konsultasi ke dokter untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan.

Penderita GERD dengan gejala yang berat dan kronik atau tidak berkurang dengan pengobatan mungkin membutuhkan evaluasi diagnosis lebih lanjut. Dokter menggunakan berbagai tes dan prosedur untuk memeriksa pasien seperti esofagram, manometri esofagus, monitor pH, endoskopi, dan biopsi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus