Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Makronutrien adalah salah satu asupan gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tetap bekerja dengan optimal. Protein termasuk ke dalam golongan makronutrien dan kebutuhannya haruslah terpenuhi. Protein adalah bahan pembangun otot, kulit, enzim dan hormon. Protein memainkan peran penting dalam semua jaringan tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kekurangan protein menyebabkan berbagai masalah pada kesehatan. Sedangkan kekurangan asupan protein juga dapat menyebabkan perubahan buruk pada tubuh dari waktu ke waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir laman Medical News Today, protein terdiri dari rantai panjang senyawa yang disebut asam amino. Perannya penting dalam pertumbuhan, perkembangan, perbaikan, serta pemeliharaan jaringan tubuh. Protein juga memainkan peran penting dalam membantu sistem kekebalan tubuh, reaksi biokimia, dan menyediakan struktur dan dukungan untuk sel.
Lantas, bagaimana jika tubuh kekurangan protein? Apa saja gejala yang akan muncul? Berikut lima kondisi yang menjadi akibatnya:
1. Edema
Edema ditandai dengan kulit yang membengkak. Melansir laman Healthline, para ilmuwan percaya gejala ini disebabkan oleh jumlah albumin serum manusia yang rendah. Albumin itu merupakan protein paling melimpah di bagian plasma darah.
Salah satu fungsi utama albumin adalah mempertahankan tekanan onkotik. Tekanan ini merupakan kekuatan yang menarik cairan ke dalam sirkulasi darah. Dengan begitu, albumin dapat mencegah jumlah cairan yang berlebihan terakumulasi di jaringan atau kompartemen tubuh lainnya.
Apabila kadar albumin serum menurun, kekurangan protein yang parah menyebabkan tekanan onkotik lebih rendah. Akibatnya, cairan akan menumpuk di jaringan sehingga terjadilah pembengkakan.
2. Hati Berlemak
Hati berlemak adalah akibat dari akumulasi lemak di sel hati. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat berkembang menjadi penyakit hati berlemak, menyebabkan peradangan, jaringan parut hati, dan berpotensi gagal hati.
Hati berlemak menjadi kondisi yang umum dialami orang gemuk. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan sintesis protein pengangkut lemak—yang dikenal sebagai lipoprotein—dapat berkontribusi pada kondisi ini.
3. Kehilangan Massa Otot
Otot adalah reservoir protein terbesar dalam tubuh. Ketika kebutuhan protein tak tercukupi, maka tubuh cenderung mengambil protein dari otot rangka untuk mempertahankan jaringan dan fungsi tubuh yang lebih penting. Akibatnya, terjadi pengecilan otot dari waktu ke waktu, terutama pada orang tua.
Sebuah studi pada pria dan wanita lanjut usia mengungkapkan bahwa kehilangan otot lebih besar terjadi pada orang yang mengonsumsi protein dalam jumlah paling rendah. Penelitian ilmiah juga menunjukkan bahwa peningkatan asupan protein dapat memperlambat degenerasi otot yang menyertai usia tua.
4. Stunting pada Anak
Gejala berikutnya dari kekurangan protein adalah stunting pada anak-anak. Protein tak hanya berfungsi dalam membantu menjaga massa otot dan tulang, namun juga penting untuk pertumbuhan tubuh.
Kekurangan protein sangat berbahaya bagi anak-anak. Sebab, pertumbuhan tubuhnya membutuhkan pasokan yang stabil. Faktanya, stunting adalah tanda paling umum dari kekurangan gizi pada masa kanak-kanak. Sebuah studi observasional menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara asupan protein rendah dengan gangguan pertumbuhan.
5. Peningkatan Keparahan Infeksi
Kekurangan protein juga dapat berdampak pada sistem kekebalan tubuh. Gangguan fungsi kekebalan dapat meningkatkan risiko atau tingkat keparahan bila terjadi infeksi merupakan gejala umum dari kekurangan protein yang parah.
Asupan protein yang sedikit rendah dapat merusak fungsi kekebalan tubuh. Sebuah studi sederhana pada wanita paruh baya menunjukkan, mereka yang mengonsumsi sedikit protein selama sembilan minggu mengalami penurunan respons kekebalan.
ANNISA FEBIOLA