SEJAK abad ke-19 dikenal di Amerika, alat dalam rahim (Intra
Uterine Device) sebagai pencegah kehamilan semakin
disempurnakan. Dulu ia berbentuk cincin yang terbuat dari perak.
Dari waktu ke waktu ia harus dikeluarkan supaya tidak menembus
dinding rahim. Setelah menempuh banyak modifikasi, kemudian
dikenal alat bikinan Marguiles, Lippes Loop, Bow Birnberg yang
terbuat dari polyethylene dan cincin anti karat. Sekali ini ia,
karena dilengkapi dengan "ekor", lebih mempermudah pemakaiannya.
Belakangan ini muncul multiload, suatu bentuk penyempurnaan lagi
dari IUD yang terbuat dari tembaga lainnya seperti copper T dan
copper seven setelah bentuk sederhana "spiral" yang sering
gagal. Multiload, ciptaan Willem A.A. van Os, dapat langsung
dimasukkan ke dalam rahim tanpa menggunakan tabung. Bentuknya
seperti sayap yang dapat menyesuaikan diri. Kalau rahimnya
besar, ia ikut membesar. Ia akan mengecil bila rahimnya kecil.
Van Os, orang Belanda yang bekas rumahnya kini menjadi monumen
Linggarjati, menghadiri Kongres Obstetri Gynekologi di Yogya
baru-baru ini. Dalam kesempatan itu ia sendiri menyerahkan
200.000 biji multiload -- bantuan pemerintah Belanda -- untuk
Indonesia. Di luar negeri harganya sekitar Rp 1.575 sebiji. Di
Indonesia, ia beredar mulai 3 tahun lalu.
Jenis IUD memang "sudah agak ketinggalan," komentar Prof.
Marsidi Judono, penasehat ahli kepala BKKBN Pusat. Dianjurkannya
pemakaian multiload untuk jangka dua tahun lebih sedikit. Kalau
lebih lama dipakai, "tembaganya" hilang. "Dengan tembaga ini
mani bisa kelenger," kata Prof. Judono, "hingga tidak bisa
membuahi zat telur."
IUD sudah menjadi suatu alat kontrasepsi yang dianjurkan dalam
program resmi Keluarga Berencana di Indonesia. Keampuhannya
setingkat di bawah pil anti hamil. Pemakaian IUD pada mulanya
tinggi, misalnya, di DKI Jaya tahun 1970 mencapai 52% dari
seluruh alat kontrasepsi, tapi kemudian menurun terus sampai 19%
saja tahun 1978. Sebaliknya, pemakaian pil meningkat dari 25%
tahun 1970 ke 60% tahun 1978.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu. IUD memerlukan
tangan ahli untuk memasangnya. Ada pula tokoh agama yang kurang
menyetujuinya, apalagi jika dipasang oleh petugas yang bukan
wanita.