Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Liburan sepertinya identik dengan selfie. Hati-hati saja, karena kegiatan swa foto itu ternyata bisa menyebabkan candu. Paling tidak begitu disebutkan Praktisi klinis dan Staf pengajar FKUI/RSCM, Dr Ari Fahrial Syam.
Ari juga melihat fenomena selfie sudah menjadi budaya masyarakat now. “Kadang-kadang dalam melakukan aktifitas selfie mereka bisa mengganggu orang sekitar. Di satu sisi ada manfaat disisi lain bisa menyebabkan ketagihan dan bisa menjadi masalah kesehatan buat pelakunya,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang dikirim Selasa 26 Desember 2017.
Baca juga:
Waspada Kelelahan, Penyakit Jantung Mengintai
Kaleidoskop 2017, Serangan Jantung sampai Bius Paspampres Ganteng
Diungkapkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan para ahli dari Nottingham Trent University, disebutkan ada 6 motivasi kenapa seseorang melakukan selfie. Pertama, meningkatkan kepercayaan diri dan menjadi berbahagia setelah melakukan selfie. Kedua mencari perhatian, ketiga meningkatkan mood, keempat berhubungan dengan lingkungan sekitar, kelima meningkatkan adaptasi mereka dengan kelompok sosial di sekitar mereka, serta keenam bisa juga untuk berkompetisi secara sosial.
Itu dampak positifnya, kata Ari, tapi ada dampak negatifnya. Yaitu Selfitis. Menurut penelitinya, Dr.Janarthanan Balakrishnan, penyakit selfitis adalah kondisi yang dialami seseorang yang sudah mengalami kecanduan untuk melakukan selfie.
Balakrishnan membagi selfitis menjadi 3 kelompok. Pembagian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan di India salah satu negara dengan angka kematian tertinggi yang berhubungan dengan selfie.
1. Boderline: mengambil gambar selfie sebanyak 3 kali dalam sehari tetapi tidak di posting ke sosial media
2. Akut, mengambil foto selfie sebanyak 3 kali dalam sehari dan mempostingnya seluruh fotonya ke sosial media.
3. Kronik, jika keinginan membuat foto selfie tidak terkendali dan memposting ke sosial media lebih dari 6 kali per hari.
Pada penelitian tersebut, 34 persen responden mengalami selfitis borderline, 40.5 persen mengalami selfitis akut dan 25.5 persen mengalami selfitis kronis. Baca: 8 Trik Langsing di 2017, dari Diet sampai Olahraga Berpasangan
Perlakuan pengambilan selfie secara obsesif lebih banyak pada laki-laki mencapai 57,5 persen dibandingkan pada wanita yang hanya 42.5 persen.
Pada penelitian ini juga mendapatkan bahwa kelompok umur 16-20 tahun lebih berisiko terjadinya selfitis. Sembilan persen responden mengambil selfie lebih dari 8 kali dalam sehari dan sekitar 25 persen membagi sedikitnya 3 gambar ke sosial media setiap hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini