Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dr. Hapsari SpA mengatakan untuk mengetahui apakah demam yang dialami anak adalah demam berdarah maka dapat menggunakan konsep KLMNOPR yang mencakup gejala-gejala demam berdarah. Dia menyebutkan demam merupakan respons tubuh terhadap serangan infeksi dan non-infeksi. Pada demam berdarah, terdapat sejumlah gejala yang perlu diwaspadai, yang disingkat sebagai KLMNOPR.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"K, kepalanya pusing. L-nya lemah, M-nya muntah-muntah, NO untuk nyeri otot atau nyeri kepala. P untuk perdarahan seperti mimisan atau bintik-bintik, dan R untuk ruam," paparnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia menyebutkan ruam pada demam berdarah terkadang menyerupai rubella, di mana terdapat ruam merah di badan ataupun muka. Apabila terdapat dua hingga tiga gejala yang muncul bersamaan perlu diwaspadai dan untuk memastikannya perlu segera dilakukan pengecekan laboratorium 3x24 jam waktu demam.
"Jadi kalau untuk DB, itu kalau di tiga hari pertama demam belum ada perubahan laboratoriumnya. Hemoglobin masih normal, leukosit, trombosit. Begitu masuk, selesai demam, itu ada namanya fase rawan, fase kritis," paparnya.
Pentingnya deteksi dini
Dalam fase kritis tersebut, trombosit turun. Kemudian terjadi perembesan plasma, di mana kadar hemoglobin dan hematokrit naik. Berbeda dengan demam akibat bakteri, seperti tifus atau infeksi saluran kemih, Hapsari menyebut pada demam berdarah, suhu dapat naik turun, bahkan sebelum empat jam berselang. Apabila itu terjadi perlu diwaspadai.
Dia mengingatkan deteksi dini untuk demam berdarah penting agar bisa segera mendapatkan penanganan. Namun, bila diagnosisnya terlambat, terapi juga telat, maka keadaan bisa semakin memburuk, bahkan bisa berakibat kematian.
Ia menyebutkan pada Januari-Maret 2024 terdapat peningkatan kasus DB sebesar setengah kali di 2023. Begitu pun dengan kematian yang mencapai hampir setengah lebih dari angka tahun lalu. Menurutnya, peningkatan itu disebabkan cuaca yang tak menentu. Contohnya hujan di kala musim seharusnya kemarau. Hal itulah yang menyebabkan nyamuk berkembang biak sangat banyak. Dia menjelaskan kini selain metode 3M+, pencegahan demam berdarah juga dilakukan melalui vaksinasi.
Pilihan Editor: Kebiasaan Masyarakat yang Ikut Memicu Penyebaran Demam Berdarah