Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bangkok - Aktivitas wisata di Khao San Road, Bangkok, Thailand, tak pernah berhenti barang sedetik. Bila malam hari kawasan permukiman backpacker itu gegap-gempita dengan pasar malam dan bar-bar murah, pada pagi hari, tempat ini menjadi sentra para turis menikmati kuliner sarapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Makan pagi di Khao San Road menjadi otentik karena kuliner ang dijajakan umumnya bernuansa khas kuliner negeri gajah putih. Tom yam, path thai, dan jajanan berbau Thailand lainnya dengan gampang bisa ditemukan di gang-gang permukiman atau tempat turis menginap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun bagi pelancong khusus, berkembara lidah di kawasan itu tak bisa sembarangan. Sebab, rata-rata pedagang menjajakan makanan tidak halal, baik daging maupun campuran bumbu dan kuahnya. Meski demikian, bukan berarti turis khusus, terlebih yang muslim, tak bisa mencicipi penganan khas Thailand.
Negeri dengan komoditas pertanian terbaik itu memiliki menu makanan sehari-hari yang sarat akan buah. Bahkan, nasi campur buah. Salah satunya mango sticky rice atau mangga dan beras manis. Makanan ini belakangan hits diadopsi oleh berbagai negara, termasuk Indonesia.
Mango sticky rice seakan menjadi penganan lazim untuk penduduk lokal. Apalagi buat sarapan. Keberadaannya bisa dengan mudah ditemukan di kedai-kedai kecil pinggir jalan di Khaosand Road. Khususnya di kawasan hostel. Salah satu warung yang menjajakannya adalah Keauw Restaurant. Restoran itu buka pagi-pagi dan pelancong biasanya sarapan di sana sebelum melanjutkan penjelajahan di Bangkok.
Soal rasa, mango sticky rice beda dengan yang dijual di negara lain, terlebih di Indonesia. Tempo sempat menjajalnya pada Rabu, 15 Agustus 2018 di kedai itu. Salah satu turis Indonesia yang ditemui di sana mengatakan memiliki pengalaman menarik setelah menjajal mango sticky rice yang asli dari negara asalnya.
"Nasinya beda, enggak kayak di Indonesia," kata Anela Aini, 25 tahun.Thai tea, es teh unik khas Thailand yang bisa ditemui di Bangok. Tempo/Francisca Christy Rosana
Memang, saat mencicipi penganan tersebut, lidah akan dimanjakan dengan rasa manis dobel yang berasal dari mangga dan nasi Thailand. Ya, nasi yang digunakan ini khusus. Rasanya mirip ketan, namun bulirannya lebih besar.
Mango sticky rice ini dihidangkan dalam porsi yang besar: nasi besar, mangga pun tak kalah besar. Pada bagian permukaannya ditaburi dengan krim kelapa sehingga terasa gurih. Buah yang berserat ditambah nasi dengan karbohidrat tinggi membikin perut seketika kenyang. Bila tak kuat, satu menu ini bisa disantap untuk dua orang.
Satu porsi mango sticky rice dihargai 90 bath atau setara dengan Rp 38 ribu. Cukup murah untuk penganan original dengan porsi yang mengenyangkan dan kualitas rasa yang tak diragukan.
Untuk melengkapi keunikan makan pagi di Khao San Road, turis bisa menjajal Thai tea atau teh tarik khas Thailand. Spesialnya, teh ini akan ditempatkan dalam wadah plastik putih atau kresek. Rasa tehnya sangat khas, apalagi dicampur susu putih yang gurih Porsinya pun lewah. Seporsi Thai tea ini dijual cukup murah. Harganya berkisar 20 bath atau sekitar Rp 8.500.