Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tes swab reverse-transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) atau yang dikenal PCR disebut sebagai gold standard untuk mengonfirmasi infeksi Covid-19. Tapi ternyata tes ini masih memiliki celah, hasil tes PCR di satu tempat dan tempat lain ternyata bisa berbeda. Mengapa begitu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari laman Pharmacy Universitas Islam Indonesia (UII), Minggu, 3 Desember 2020, tes swab PCR bisa mendeteksi virus penyebab Covid-19 dengan sensitivitas mencapai 86 persen dan nilai spesifisitas 96 persen. Tes ini disebut lebih akurat daripada tes antigen dan antibodi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tes PCR menggunakan sampel asam nukleat untuk memastikan keberadaan virus corona. Sedangkan antigen dan antibodi mengukur protein atau memeriksa antibodi yang mengukur Imunoglobulin atau IgG dan IgM.
Lalu, mengapa hasil tes PCR bisa berbeda meskipun lebih akurat dibandingkan dengan dua tes lainnya?
Dosen Farmasi UII, Suci Hanifah, dalam artikelnya yang dimuat di laman Pharmacy UII, mengatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan hasil tes PCR berbeda di tempat yang satu dengan yang lain.
Faktor pertama adalah faktor pra-analisis yang meliputi teknik sampling dan penyiapan spesimen. Teknik sampling yang kurang tepat bisa menyebabkan hasil tes yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan lokasi pengambilan sampel yang tepat untuk tes swab ada di saluran napas atas atau nasofaring (bagian tenggorokan yang ada di belakang hidung).
Selain ketepatan pengambilan sampling, sangat penting menyimpan spesimen dengan hati-hati. Spesimen harus segera disimpan di tabung tertutup agar terhindar dari kontaminasi virus. Jika tidak bisa diuji langsung, simpan spesimen dalam suhu 2 hingga 8 derajat Celcius jika spesimen akan diuji kurang dari 12 hari, tapi jika spesimen akan diuji dalam waktu lebih dari 12 hari, simpan spesimen dalam suhu -70 derajat Celcius.
Faktor kedua adalah faktor analisis yang tidak valid. Validitas analis
sendiri dipengaruhi oleh ketepatan preparasi, instrumen, dan metode. Pilihlah laboratorium yang terpercaya dan profesional karena laboratorium demikian akan melakukan kontrol kualitas secara berkala.
Faktor terakhir adalah faktor pasca analisis, yaitu intepretasi hasil.
Interpretasi hasil swab PCR didasarkan nilai Cycle Threshold (CT) yang menunjukkan frekuensi perubahan RNA virus menjadi DNA, sehingga diinterpretasikan sebagai hasil positif Covid-19. Interpretasi hasil yang berbeda akan membuat hasi tes swab PCR juga berbeda.
AMELIA RAHIMA SARI