Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit PTSD (gangguan stres pascatrauma) bisa menyerang orang yang mengalami peristiwa traumatis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Asosiasi Psikiatrik Amerika, penyakit PTSD adalah gangguan kejiwaan yang mungkin terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peristiwa traumatis itu misalnya adalah bencana alam, kecelakaan serius, aksi teroris, perang, pemerkosaan, atau ancaman pembunuhan.
Berikut adalah fakta-fakta tentang penyakit PTSD yang dikutip dari The Recovery Village:
- PTSD mempengaruhi sekitar 3,5 persen dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 8 juta orang.
- Sebanyak 70 persen orang dewasa mengalami setidaknya satu peristiwa traumatis dalam hidup mereka.
- Sejumlah 20 persen orang yang mengalami peristiwa traumatis akan mengembangkan PTSD.
- Sekitar 8 juta orang mengalami PTSD pada tahun tertentu.
- Sejumlah 1 dari 13 orang akan mengembangkan PTSD di beberapa titik dalam hidup mereka.
- PTSD dan depresi sering terjadi bersamaan, karena orang dengan PTSD 3 hingga 5 kali lebih mungkin mengalami gangguan depresi.
- Pria lebih sering mengalami peristiwa traumatis, tetapi gejala PTSD pada pria jauh lebih jarang daripada gejala pada wanita.
- Diperkirakan 20 persen tentara perang di Irak dan Afghanistan menderita PTSD. PTSD pada tentara tidak hanya terjadi karena pertempuran. Sejumlah 71 persen tentara perempuan mengalami kekerasan seksual saat bertugas.
- PTSD dan penyalahgunaan obat sering terjadi bersamaan. Sebuah studi memperkirakan, 46,4 persen orang dengan PTSD memenuhi kriteria gangguan penggunaan obat.
- 10. Sebuah penelitian menemukan, wanita dengan PTSD 2,48 kali lebih mungkin menyalahgunakan alkohol, sementara pria dengan PTSD 2,06 kali lebih mungkin.
Itu adalah beberapa fakta menarik tentang penyakit PTSD. PTSD bisa diobati dengan berkonsultasi lebih dulu dengan ahli kesehatan supaya bisa didiagnosis dan diberikan pengobatan sesuai kondisi.
AMELIA RAHIMA SARI