Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masalah kesehatan mental gangguan kepribadian disosiatif (DID) atau dulu dikenal dengan gangguan banyak kepribadian (multiple personality disorder). DID adalah gangguan kejiwaan ketika seseorang memiliki lebih dari satu identitas, sering disebut alter, dan bisa terjadi dalam berbagai keadaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masing-masing alter punya nama, umur, jenis kelamin, dan kepribadian sendiri. "Setiap alter juga punya perilaku unik, kenangan, persepsi, dan cara berinteraksi dengan dunia," jelas Amber McGregor, dokter dan direktur 1st Priority Institute for Better Living di Colorado, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penderita DID punya identitas utama yang juga disebut host personality. Kepribadian utama ini yang biasanya bertanggung jawab pada kehidupan dan interaksi sosial setiap hari, tapi sering tak peduli pada kehadiran identitas-identitas lain, beberapa mungkin baru muncul dalam kondisi tertentu yang jarang terjadi atau unik yang jadi pemicu.
Karena alter dapat muncul kapan saja dan karena komplikasi terkait, gejala DID yang tak terkontrol membuat penderita sulit untuk mencapai tujuan pribadi atau punya hubungan berarti dengan orang lain, jelas William Buerger, direktur klinis Montefiore Medical Center in New York.
Penyebab DID
Penyebab pastinya masih terus dipelajari selama puluhan tahun. Namun riset saat ini lebih berfokus pada faktor yang berkontribusi pada DID, termasuk gangguan kognitif, bahkan gangguan tidur. Buerger juga mengatakan banyak penelitian juga berfokus pada lebih banyak perempuan yang didiagnosis DID pada awal masa dewasa dibanding laki-laki.
Dr. Omar Fattal dari NYC Health + Hospitals mengatakan DID bisa disebabkan banyak faktor tapi yang paling umum dialami pasie DID adalah trauma masa kecil yang parah dan berlangsung lama, terutama yang mengancam keamanan yang dilakukan orang yang merawat.
Salah satu tantangan mengatasi DID adalah pilihan perawatan yang masih terbatas dan tak ada perawatan dengan dukungan empiris yang menyasar gangguan ini, ujar Buerger kepada USA Today. Perawatan masih berupa obat resep, yang menurut sebagian penderita DID efektif.
Selain itu, biasa juga dilakukan psikoterapi, terutama yang berfokus pada trauma, dan juga terapi perilaku kognitif. Jangan lupa libatkan terapis.
"Penderita DID umumnya punya riwayat trauma parah dan mungkin tak percaya pada orang lain, termasuk terapis," ujar McGregor.