Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Menjelajahi Sisi Lain Dubai saat Ramadan, Mencicipi Jajanan Kaki Lima dan Hidangan Yaman

Wisatawan diajak menjelajahi kawasan pasar lama Dubai sambil menikmati kuliner khasnya untuk berbuka puasa.

2 April 2024 | 17.00 WIB

Hidangan Yaman di Robou Al Yaman Mandi Restaurant, Bur Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab, pada Rabu, 20 Maret 2024(TEMPO/Mila Novita)
Perbesar
Hidangan Yaman di Robou Al Yaman Mandi Restaurant, Bur Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab, pada Rabu, 20 Maret 2024(TEMPO/Mila Novita)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Dubai - Jam tangan menunjukkan pukul 17.56 saat kami tiba kawasan Old Souks atau pasar lama Deira, Dubai, pada Rabu, 20 Maret 2024. Di salah satu persimpangan, Arva Ahmad, pemandu wisata yang juga pendiri Frying Pan Adventures, sudah menanti dengan ransel dan beberapa tas kain untuk mengajak kami berbuka puasa di kawasan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Halo saya Arva," katanya memperkenalkan diri, sambil membagikan beberapa peralatan yang kami butuhkan, sebuah audio receiver dengan earphone dan tas kain yang berisi susu, peta kawasan Old Souks, hand sanitizer, dan tisu basah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kami mengikuti program Dubai Souks Iftar Tour dari Frying Pan Adventures. Ini merupakan bagian dari perjalanan Ramadan di Dubai yang diikuti lima wartawan dari Indonesia atas undangan Department of Economy and Tourism in Dubai pada 19-25 Maret 2024. 

Kawasan Gold Souk yang berisi toko-toko emas di Deira, Dubai (TEMPO/Mila Novita)

Dubai Souks Iftar Tour dimulai dengan melewati Gold Souk yang dipenuhi dengan toko-toko emas yang ramai. Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami tiba di belakang pasar lama kawasan Deira yang lebih tenang. Jalanan di kawasan ini sudah dipenuhi dengan orang-orang yang duduk rapi di atas terpal dengan hindangan buka puasa di depannya. Menurut Arva, buka puasa bersama ini diadakan Iman Cultural Center. "Setiap hari mereka memberi makanan untuk 3.000 orang," kata Arva. 

Kami singgah di situ, masih ada waktu hingga pukul 18.36 untuk berbuka puasa. Beberapa orang menawarkan bubur kanji yang melengkapi camilan berbuka yang dibawa Arva.

Jajanan kaki lima 

Dari gang belakang, kami berjalanan lagi melewati jalan-jalan pasar yang padat. Arva menanyakan kalau-kalau ada makanan yang ingin dicoba, tapi dia merekomendasikan teh dan roti khas Arab. 

Dia memesan teh ke pedagang kaki lima yang kami lewati. "Ini karak, teh Pakistan," kata dia. Kalau di Arab ada chai, tetapi kalau chai hanya teh, sedangkan ini strong tea," dia melanjutkan. 

Karak atau chai masala dan cheese zaatar, jajanan kaki lima di kawasan pasar lama Deira, Dubai, Rabu, 20 Maret 2024 (TEMPO/Mila Novita)

Karak atau chai masala dari Pakistan ini sangat kental, terbuat dari campuran teh, susu, gula, dan rempah-rempah. Ada beberapa rempah yang digunakan, tetapi versi Pakistan yang kami cicip ini rempahnya cukup beragam yakni kayu manis, saffron, pala, jahe, dan cardamom atau biji kapulaga. 

Menikmati karak paling enak dengan roti ala Arab. Arva mengajak kami ke kios roti Al Shaiba Bakery milik Abdullah, pendatang dari Afganistan. Abdullah membuat roti-rotinya dengan cara yang masih tradisional. Dia menggunakan tandoor atau oven tanah dengan bara kayu. Roti dipanggang dengan cara ditempelkan di dinding-dinding oven. 

Arva memesan cheese zaatar, roti tipis panjang dengan isian keju seharga 5 dirham atau sekitar Rp21 ribu. Karena ukurannya yang cukup besar, roti ini dipotong-potong untuk dimakan beramai-ramai di kursi pinggir jalan, ditemani karak yang nikmat. 

Pasar Bumbu

Perjalanan dilanjutkan ke Spice Souk atau pasar rempah. Pasar ini berisi toko-toko penjual rempah yang kebanyakan penjualnya berasal dari Iran, kata Arva. Aroma campuran rempah tercium di udara. Kami singgah di salah satu toko, milik pendatang Iran bernama Amir. Menurut Amir, toko ini sudah berusia 50 tahun. 

Toko bumbu milik Amir, pedagang dari Iran, di Spice Souk Deira, Dubai, pada Rabu, 20 Maret 2024 (TEMPO/Mila Novita)

Di toko ini, Arva mengajak kami mengenal rempah-rempah untuk membuat karak lewat permainan. Dia memberi kertas dengan huruf acak yang harus kami susun menjadi nama-nama rempah. Setelah itu, kami harus mencari satu per satu rempahnya untuk difoto.

Amir menjelaskan rempah-rempah itu dan asal negaranya. Rempah yang paling istimewa, kata dia, adalah saffron. Rempah ini adalah benang sari bunga crocus sativus yang konon sangat kaya antioksidan. Butuh 150 bunga untuk dapat satu gram saffron. "Iran adalah produsen saffron terbesar di dunia," kata Amir. 

Amir menjual saffron seharga seharga 10 dirham atau sekitar Rp45 ribu per gram. "Ini rempah paling mahal," ujar dia mengakhiri penjelasannya. 

Setelah pamit kepada Amir, kami melanjutkan jalan kaki ke tepi Dubai Creek. Sepanjang jalan Arva bercerita tentang satu minuman khas Ramadan di Dubai, Vimto. Sebagian besar warga lokal Dubai menjadikan sirop ini sebagai minuman pertama saat berbuka puasa. Minuman ini terbuat dari campuran sari buah anggur, blackcurrant, raspberry dengan bahan-bahan seperti acid dan pemanis, serta sejumlah herbal, barley malt, dan rempah-rempah. 

Arva mengajak kami mencicipinya, tetapi bukan dalam bentuk minuman biasa, melainkan faloodeh. Hidangan ini berupa bihun beku dengan topping Vimto. Rasanya yang menyegarkan membuatnya cocok dijadikan hidangan penutup. 

Mencicip Hidangan Yaman

Namun, faloodeh bukanlah penutup dari iftar malam itu. Arva mengajak kami menyeberangi muara Dubai Creek dengan perahu tradisional yang disebut dengan abra. Satu orang membayar 1 dirham atau sekitar Rp4.500. 

Tak sampai lima menit, kami tiba di seberang yang dikenal dengan nama Bur Dubai. Kawasan ini merupakan pasar tekstil dan produk tekstil, kebanyakan pedagangnya berasal dari India. 

Di tepi muara terdapat satu restoran Yaman, Robou Al Yaman Mandi Restaurant. Kami memilih ruangan privat di lantai atas. Ruangan ini memiliki dinding kaca sehingga kami bisa menikmati pemandangan muara yang sibuk dengan lalu-lalang perahu mengangkut penumpang dari Deira ke Bur Dubai. 

Madfoon, nasi dengan daging kambing yang disajikan di Robou Al Yaman Mandi Restaurant, Bur Dubai, Dubai, Rabu, 20 Maret 2024(TEMPO/Mila Novita)

Hidangan ala Yaman ini dibuka dengan shorba, sup kaldu daging dengan kuah kuning yang rasanya mirip soto ayam Lamongan, tetapi dengan aroma rempah yang lebih kuat. "Makannya tidak pakai sendok," kata Arva yang langsung mengambil mangkuk sup itu lalu meminumnya. Kata dia, rempah-rempah dalam sup ini bagus untuk kesehatan. 

Madfoon daging kambing dan nasi menjadi hidangan utamanya. Madfoon merupakan kombinasi daging dan nasi. Keistimewaan makanan ini adalah cara memasaknya. "Daging kambing ini dimasak di lubang bawah tanah," kata Arva. 

Tapi di restoran ini cara memasaknya lebih modern. Daging kambing dibungkus dalam alumunium foil lalu dimasak dengan teknik slow cooking sehingga dagingnya empuk dan bumbunya meresap. Daging kambing tersebut disajikan di atas nasi untuk dimakan beramai-ramai. Jangan lupa menambahkah zahaweeq atau sambal yang terbuat dari campuran tomat, bawang putih, cabai hijau, coriander, dan cumin.

Kami juga disuguhi mulawah dengan habbatus sauda, roti Yaman selebar nampan yang mirip dengan roti India parata. Roti ini disajikan dengan fahsa, gulai daging sapi yang dimasak dengan rempah-rempah, mirip rendang tetapi tidak pedas. 

Hidangan penutupnya adalah areeka. Kue ini terbuat dari campuran kurma tumbuk dan tepung roti dengan tambahan krim dan susu dan rempah-rempah. 

Makan malam ala Yaman ini mengakhiri Dubai Souks Iftar Tour. Butuh waktu sekitar empat jam untuk mengikuti tur jalan kaki sepanjang 3 kilometer ini. 

Tur ini tidak menampilkan Dubai yang terkenal dengan kemewahannya. Arva mengajak wisatawan untuk melihat sisi lain kota kosmopolitan dengan jalan-jalan kecil, pasar yang ramai, makanan khasnya yang lezat, dan sejarahnya yang panjang dibungkus dengan tradisi Ramadan yang unik. Tertarik? Tur ini bisa diikuti dengan membayar 475.50 dirham atau sekitar Rp 2 juta per orang. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus