Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Pandeglang - Cerah cahaya matahari melengkapi pemandangan di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Suasana sore itu ombak tenang, sembari mata memandang biru lautan, lidah mencecap kue jojorong saat Tempo berada di Tanjung Lesung Beach Hotel and Resort, Senin, 1 April 2019.
Baca: Tsunami Selat Sunda, Sektor Pariwisata Rugi Hingga Ratusan Miliar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jojorong adalah kategori kue basah khas Pandeglang yang dihidangkan menggunakan wadah daun pisang yang dibentuk menyerupai mangkuk. Tampilannya memang cenderung sederhana, karena hanya polos warna putih serta tampak lunak. Namun teksturnya yang kenyal memberi daya tarik untuk mencicipinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Cara menyantap jojorong untuk lebih mudah menggunakan sendok ukuran kecil. Saat sendok mencungkil permukaan, jojorong mengeluarkan cairan yang manis. Inilah sensasinya gula aren yang dicairkan menjadi isian jojorong.Kue jojorong khas Pandeglang, Banten. Kue basah dengan rasa dominan manis, agak gurih, dengan aroma pandan. TEMPO/Bram Setiawan
Makanan ini menggunakan bahan tepung beras, santan kelapa, dan gula aren. Meski tampilannya sederhana, namun sensasi rasanya cukup menggoda. Rasa manis yang dominan berpadu dengan rasa santan agak gurih. Jojorong saat dikunyah terasa aroma pandan.
Jojorong merupakan kuliner tradisional dalam kategori makanan ringan yang autentik Pandeglang. Cara mematangkan jojorong pun juga tidak rumit. Semua adonan yang dicampurkan dimasukkan ke dalam wadah daun pisang, kemudian dikukus. Menyantap tiga jojorong pun terasa cukup mengenyangkan.
Baca: Usai Tsunami, Pariwisata di KEK Tanjung Lesung Berangsur Pulih
Jojorong adalah makanan yang pas Anda santap saat sarapan atau di sore hari sebagai teman minum teh. Namun ada baiknya Anda menyantapnya dengan teh panas tawar, untuk menetralisir Jojorong yang sudah manis.