Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Muhammad ali vs parkinson

Bekas juara tinju kelas berat dunia, muhammad ali terkena penyakit parkinson, penyakit otak yang menakutkan. obatnya sudah ditemukan tanpa menjalani operasi, tapi harus diminum seumur hidupnya. (ksh)

6 Oktober 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUHAMMAD Ali, bekas juara dunia tinju kelas berat tiga kali, tampaknya kena pukulan berat di luar ring. Kamis, dua pekan lalu, Martin Echer, dokter pribadinya - sekalipun membantah bahwa Ali kena parkinson berat akibat kena pukul 1,5 juta kali selama bertarung di atas ring mengakui, pasiennya telah menunjukkan gejala penyakit itu. Parkinson yang ditemukan dr. James Parkinson, tahun 1817, memang termasuk salah satu penyakit yang menakutkan. Salah satu siksa parkinson yang sudah umum dikenal, getaran tangan yang tak bisa dikontrol. Inilah sebabnya mengapa diktator Jerman Adolf Hitler, yang juga menderita parkinson, senantiasa menyembunyikan tangannya ketika berpidato. "Gerakan itu dikenal sebagai tremor," ujar Prof. P. Sidharta, seorang ahli penyakit saraf kenamaan. Gerakan tangan yang terutama menyerang jari-jari tangan itu, kata Sidharta lebih lanjut, adalah gejala awal yang diikuti pula dengan kekakuan otot-otot yang berakibat gerakan si penderita menjadi lambat dan kaku. Dalam tingkat yang lebih lanjut, berbagai bagian tubuh sukar digerakkan. Beberapa ciri, tangan tidak mengayun ketika berjalan, postur tubuh agak membungkuk, mimik muka hilang, dan kaki agak diseret ketika berjalan. Kalau berjalan, kaki juga sulit dihentikan. "Seperti motor yang remnya blong," kata Sidharta. Pada tahap lanjut terjadi kekakuan dan kelambatan gerak yang merata ke seluruh tubuh, hingga penderita bakal terpaku di tempat tidur. Yang terberat, "Terjadinya kemunduran fungsi intelektual, dan penderita jadi pikun," tutur Sidharta. Parkinson, menurut Sidharta, umumnya menyerang mereka yang berusia 45 tahun ke atas. Dan lebih banyak pria daripada wanita. Di Indonesia penderitanya tidak terlampau banyak, mencapai 4 setiap 1.000 orang. Parkinson dapat juga disebabkan faktor keturunan. Suatu kerusakan tiba-tiba berlangsung cepat pada sekelompok sel saraf di batang otak - dekat tulang belakang - yang dikenal sebagai substansia nigra. Selain itu, kerusakan sel saraf bisa juga disebabkan virus, "terutama virus yang menyebabkan influensa," kata Sidharta. Lalu, mungkinkah parkinson yang menyerang Ali ada hubungannya dengan olah raga tinju itu? Menurut dr. R. Iskarno, ahli bedah saraf di RS Hasan Sadikin, Bandung, tinju bisa juga membuahkan parkinson. "Pukulan yang terus-menerus pada kepala mengakibatkan pendarahan-pendarahan kecil yang lalu mengakibatkan kematian jaringan-jaringan otak," ujar Iskarno. Menurut Iskarno, yang pernah menjadi petinju pada tahun 1951-1953, pukulan yang ditujukan ke kepala, pada olah raga tinJu, memang membahayakan, karena pukulan-pukulan itu dilatih agar mematikan. "Percuma kalau menang angka melulu," ujar Iskarno, "begitu yang diajarkan guru tinju saya dulu, Capelle." Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Iskarno - ahli bedah saraf ke-4 di Indonesia - sering menangani parkinson. Ketika itu, bedah otak - yang dikenal dengan operasi stereotaksi - masih diandalkan. Operasi yang dilakukan sebelah-sebelah di bagian otak itu termasuk sangat menyiksa, karena otak dibor dalam keadaan sadar. Walau begitu, Iskarno mengakui, ini bukan penyembuhan. terbaik. "Setelah enam bulan sering kambuh lagi," ujar Iskarno, "lalu terpaksa kita operasi lagi." Untung, kini sudah ada obatnya - yang mengandung zat levodopa, yang menggantikan zat yang tidak dapat diproduksikan lagi oleh sel saraf itu. "Secara mantap, penyakit itu bisa diatasi oleh obat itu secara sempurna, walau harus digunakan seumur hidup," ujar Prof. Sidharta. Dan Muhammad Ali, akan jadi langganan obat itu selama sisa hidupnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus