Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Ndas Borok, Kuliner Khas Temanggung Bernama Seram tapi Rasanya Manis

Meski namanya terkesan seram, tapi Ndas Borok memiliki cita rasa manis dan gurih yang disukai banyak orang.

27 November 2021 | 12.07 WIB

Kuliner Ndas Borok khas Temanggung. Dok.temanggungkab.go.id
Perbesar
Kuliner Ndas Borok khas Temanggung. Dok.temanggungkab.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Nama kuliner ini mungkin tidak enak di telinga. Tapi makanan khas asal Temanggung Ndas Borok ini nyatanya manis dan disukai banyak orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut laman Temanggungkab.go.id, makanan ini terbuat dari singkong, parutan kelapa dengan taburan gula aren. Maka, kuliner ini memiliki cita rasa gurih dan manis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namanya yang terkesan seram ini karena bentuknya yang mirip borok (luka)  di kepala. Ndas dalam bahasa Jawa berarti kepala.

Salah satu pembuat Ndas Borok adalah Saryanto, warga Desa Pendowo, Kecamatan Kranggan, Temanggung. Ia membuat Ndas Borok sejak tiga tahun terakhir lantaran terinspirasi kenangan masa kecil dari makanan tradisional tersebut. "Dulu setiap ke Parakan, saya selalu dibelikan makanan Ndas Borok. Saya amat menyukainya," ujarnya.

Ia pun menceritakan soal mitos terkait Ndas Borok ini, yakni mengenai larangan membawa bekal nasi jika hendak naik atau mendaki ke Gunung Sumbing. Penjelasan mengenai mitos ini karena kalau bekal nasi yang dibawa maka akan mudah terasa lapar lagi setiap satu hingga dua jam usai makan. Kondisi tersebut sangat tidak disarankan untuk naik gunung.

Berbeda jika membawa gula aren dan kelapa yang berguna untuk stamina serta singkong sebagai makanan karbohidrat pengganti nasi. "Jadi singkong, gula aren dan kelapa itu dipadu jadi satu, dikukus, jadi makanan Ndas Borok untuk bekal naik gunung," kata Saryanto.

Cara membuat Ndas Borok pun cukup mudah. Singkong dan kelapa diparut lalu dicampur rata, setelah itu ditaburi gula aren yang telah disisir tipis. Kemudian diberi alas daun pisang lalu dikukus selama 20-30 menit.

Kuliner itu kemudian ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat. Dipilih bentuk bulat karena melambangkan ndas atau kepala. "Setelah disajikan kerap ada kata-kata 'Kok koyo Ndas Borok (seperti kepala berpenyakitan)', sehingga diberi nama Ndas Borok," kata Saryanto.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus