Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Obat-obatan ciutkan!

Who telah mengumumkan daftar obat yang memuat bahan obat pokok yang dapat memenuhi kebutuhan pengobatan sedunia. hal ini untuk mengatasi ledakan obat baru yang mahal dan sering tidak diperlukan. (ksh)

28 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) yang sedang melancarkan kampanye terhadap ledakan bermacam-macam obat baru yang mahal-mahal, dan seringkali tidak diperlukan, tanggal 12 Januari, telah mengumumkan sebuah daftar model yang memuat 234 bahan obat pokok yang dapat memenuhi kebutuhan pengobatan sedunia. Daftar obat-obatan itu telah disampaikan ke 153 negara anggota WHO. Obat-obatan itu yang disusun oleh para ahli dari Perancis, Italia, Brasil, Ghana, Indonesia, Srilangka dan Malaysia dipimpin oleh Prof DL Azarnoff dari Amerika Serikat, berdasarkan nama dasar dari obat dan bukan menurut merek dagangnya. Mulai dari obat untuk anastesi sampai vitamin. Dari obat yang esensil sampai kepada obat-obatan pelengkap dan pengganti. Dalam laporan yang menyertai daftar itu, para ahli dari WHO menyesalkan bahwa "banyak produk farmasi dipasarkan, tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan prioritas kesehatan yang berbeda-beda di antara negara secara individuil." Mereka anjurkan agar negara anggota WHO menempuh garis kebijaksanaan kesehatan berdasarkan penggunaan obat-obatan secara lebih rasionil dan efisien. Mereka berpendapat bahwa bertambahnya obat-obatan secara drastis dan dijual di pasaran seluruh dunia, tidak menuju ke arah perbaikan kesehatan secara global. "Dan kegiatan-kegiatan promosi oleh produsen telah menciptakan permintaan yang lebih besar dari kebutuhan yang sebenarnya. Biaya kesehatan telah menimbulkan beban bagi negara-negara kaya sekalipun. Dan pemerintah-pemerintahnya semakin dicemaskan oleh terus meningkatnya pengeluaran untuk produksi farmasi." WHO menaksir jumlah obat yang dipasarkan sekarang sudah mencapai 4.000 macam. Banyak di antaranya hanya merupakan variasi dari obat-obatan lama yang dipasarkan dengan merek dagang baru, untuk menarik pembeli. Taklupa pula dia menuduh industri farmasi telah memasarkan obatnya tanpa test atau tidak aman, ke negara-negara sedang berkembang sementara mereka belum punya pengalaman dan tidak memiliki undang-undang untuk melakukan pengawasan yang efektif terhadap obat semacam itu. Indonesia tidak lepas dari anjuran organisasi kesehatan dunia itu. Tetapi nampaknya penciutan jumlah obat-obatan tersebut masih merupakan sesuatu yang jauh. Agaknya sulitlah bagi departemen kesehatan di sini untuk membujuk para produsen yang kedatangannya memang diundang, untuk membatasi produksinya. Tetapi Iwan Darmansyah, yang mewakili Indonesia dalam sidang WHO di Jenewa tempo hari, sudah mempersiapkan daftar obat-obatan paling perlu untuk RS Cipto Mangunkusumo. Sampai sekarang obat yang dipergunakan di rumahsakit pusat itu mencapai 2.000. "Jumlah ini akan diciutkan sampai 200 saja. Masakan Cipto Mangunkusumo lebih banyak dari rumahsakit di Leiden," katanya. Sedangkan di puskesmas obat-obatan itu meliputi 130 macam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus