ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) yang sedang melancarkan
kampanye terhadap ledakan bermacam-macam obat baru yang
mahal-mahal, dan seringkali tidak diperlukan, tanggal 12
Januari, telah mengumumkan sebuah daftar model yang memuat 234
bahan obat pokok yang dapat memenuhi kebutuhan pengobatan
sedunia. Daftar obat-obatan itu telah disampaikan ke 153 negara
anggota WHO.
Obat-obatan itu yang disusun oleh para ahli dari Perancis,
Italia, Brasil, Ghana, Indonesia, Srilangka dan Malaysia
dipimpin oleh Prof DL Azarnoff dari Amerika Serikat, berdasarkan
nama dasar dari obat dan bukan menurut merek dagangnya. Mulai
dari obat untuk anastesi sampai vitamin. Dari obat yang esensil
sampai kepada obat-obatan pelengkap dan pengganti.
Dalam laporan yang menyertai daftar itu, para ahli dari WHO
menyesalkan bahwa "banyak produk farmasi dipasarkan, tanpa
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan prioritas kesehatan yang
berbeda-beda di antara negara secara individuil." Mereka
anjurkan agar negara anggota WHO menempuh garis kebijaksanaan
kesehatan berdasarkan penggunaan obat-obatan secara lebih
rasionil dan efisien.
Mereka berpendapat bahwa bertambahnya obat-obatan secara drastis
dan dijual di pasaran seluruh dunia, tidak menuju ke arah
perbaikan kesehatan secara global. "Dan kegiatan-kegiatan
promosi oleh produsen telah menciptakan permintaan yang lebih
besar dari kebutuhan yang sebenarnya. Biaya kesehatan telah
menimbulkan beban bagi negara-negara kaya sekalipun. Dan
pemerintah-pemerintahnya semakin dicemaskan oleh terus
meningkatnya pengeluaran untuk produksi farmasi."
WHO menaksir jumlah obat yang dipasarkan sekarang sudah mencapai
4.000 macam. Banyak di antaranya hanya merupakan variasi dari
obat-obatan lama yang dipasarkan dengan merek dagang baru, untuk
menarik pembeli. Taklupa pula dia menuduh industri farmasi telah
memasarkan obatnya tanpa test atau tidak aman, ke negara-negara
sedang berkembang sementara mereka belum punya pengalaman dan
tidak memiliki undang-undang untuk melakukan pengawasan yang
efektif terhadap obat semacam itu.
Indonesia tidak lepas dari anjuran organisasi kesehatan dunia
itu. Tetapi nampaknya penciutan jumlah obat-obatan tersebut
masih merupakan sesuatu yang jauh. Agaknya sulitlah bagi
departemen kesehatan di sini untuk membujuk para produsen yang
kedatangannya memang diundang, untuk membatasi produksinya.
Tetapi Iwan Darmansyah, yang mewakili Indonesia dalam sidang WHO
di Jenewa tempo hari, sudah mempersiapkan daftar obat-obatan
paling perlu untuk RS Cipto Mangunkusumo. Sampai sekarang obat
yang dipergunakan di rumahsakit pusat itu mencapai 2.000.
"Jumlah ini akan diciutkan sampai 200 saja. Masakan Cipto
Mangunkusumo lebih banyak dari rumahsakit di Leiden," katanya.
Sedangkan di puskesmas obat-obatan itu meliputi 130 macam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini