Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stres kronis bisa jadi pembunuh. Profesor Roland von Kanel, spesialis penyakit dalam dan juga psikiater di Universitas Zurich, Swiss, menyebut kaitan stres dan penggumpalan darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pertemuan tahunan Perkumpulan Psikosomatik Amerika (APS) pada 2007 di Budapest, Hungaria, Von Kanel menyebut stres bisa membuat pembuluh darah kaku dan darah lebih kental berdasarkan riset yang telah ia lakukan sejak tahun 2000. Berikut beberapa penjelasannya, seperti dilansir Psychology Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penggumpalan darah
Stres disebutnya bisa meningkatkan peluang penggumpalan di pembuluh darah akibat terganggunya kekentalan dan aliran darah sehingga tak lancar.
Hormon stres
Salah satu hal yang mengganggu keseimbangan aliran di pembuluh darah adalah hormon stres seperti kortisol dan efinefrin, yang melepaskan protein-protein yang bisa menyebabkan gumpalan darah. Hormon stres juga bisa meningkatkan pelepasan dan kelengketan sel-sel darah merah, yang membentuk serat pada gumpalan darah dan menyebabkan peradangan dalam prosesnya.
Risiko penyakit jantung
Ulasan Von Kanel sangat menekankan masalah ini bahwa secara umum, kekentalan darah orang sehat terjaga namun bisa semakin kental sebagai respons stres terkait kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, orang dengan risiko penyakit jantung lebih berisiko mengalami penggumpalan darah berlebihan.
Ia menyebut 31 penelitian yang menemukan stres meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung aterosklerosis dan 11 penelitian menyebut risiko penggumpalan darah yang parah pada yang sudah menderita penyakit jantung. Serangan jantung, stroke, kram otot, emboli paru, dan trombosis pembuluh darah adalah efek lanjutan dari stres kronis pada penderita penyakit jantung.
Pilihan Editor: 4 Hal yang Bisa Memperparah Varises