Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Penggunaan Alat Kontrasepsi Sebaiknya Sesuai Kebutuhan

Penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasangan. Simak penjelasannya.

11 Februari 2023 | 20.56 WIB

Ilustrasi alat KB atau kontrasepsi (Freepik)
Perbesar
Ilustrasi alat KB atau kontrasepsi (Freepik)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Eni Gustina, menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasangan. Contoh, untuk calon pengantin, Eni mengatakan pihaknya menyarankan menggunakan kontrasepsi seperti pil kombinasi yang memiliki efek samping ringan dan cenderung cepat untuk kembali ke masa subur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Menyesuaikan dengan kebutuhan dan umur juga. Kalau calon pengantin sebenarnya kami lebih menyarankan untuk menggunakan kontrasepsi yang efek sampingnya ringan dan kembali ke kesuburannya cepat," kata Eni.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron yang tidak mempengaruhi pola menstruasi perempuan. Selain pil kombinasi, pasangan usia subur juga dapat memilih kondom sebagai alat kontrasepsi lain. Apabila perempuan sudah pernah melahirkan dan memiliki anak satu, Eni menyarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi seperti implan atau susuk KB dan spiral atau intra uterine device (IUD). Alat kontrasepsi bisa dihentikan jika pasangan ingin memiliki anak lagi.

"Atau kalau memang keputusannya sudah bulat, mau kontrasepsi mantap, dilakukan tubektomi juga enggak masalah (untuk istri) atau suaminya pakai vasektomi juga enggak masalah," jelasnya.

Konsultasi terlebih dulu
Walaupun ada KB suntik yang dapat dijadikan pilihan bagi pasangan perempuan, Eni mengatakan metode ini lebih banyak memakan biaya mengingat harus suntik ulang setiap satu bulan atau beberapa bulan sekali. Sebelum menentukan jenis kontrasepsi yang tepat, Eni mendorong pasangan melakukan konseling dengan tenaga medis terlebih dulu, baik dokter spesialis maupun bidan.

Selain bisa mengetahui informasi setiap metode kontrasepsi lebih jauh, dokter juga akan memeriksa kondisi kesehatan pasangan sehingga penggunaan kontrasepsi yang disarankan disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Contoh, apabila pasangan memiliki riwayat diabetes, Eni mengatakan dokter mungkin tidak menyarankan penggunaan IUD karena khawatir lebih mudah mengalami infeksi yang dapat berujung luka. Atau kondisi obesitas di atas 90 kilogram. Eni mengatakan dokter mungkin tidak menyarankan penggunaan KB implan karena efektivitas kontrasepsi pada kondisi tersebut jadi berkurang.

"Jadi, ada SOP-nya, enggak semata-mata menggunakan kontrasepsi, sudah pakai ini," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus