Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Penyakit yang Paling Mematikan di Indonesia Sebelum Pandemi Covid-19

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyebutkan penyakit yang paling mematikan di Indonesia.

31 Maret 2022 | 12.20 WIB

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono di sela acara G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkulosis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" di Hotel Hyatt Yogyakarta, Rabu, 30 Maret 2022. TEMPO | Shinta Maharani
Perbesar
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono di sela acara G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkulosis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" di Hotel Hyatt Yogyakarta, Rabu, 30 Maret 2022. TEMPO | Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, tuberkolusis atau TBC adalah penyakit paling mematikan sebelum pandemi Covid-19. Itu sebabnya, pemerintah berupa menambah alokasi anggaran untuk menangani penyakit tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Pertemuan G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkolusis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" menghasilkan komitmen negara-negara anggota untuk menginvestasikan USD 20 miliar secara global guna menangani TBC. Investasi USD 20 miliar per tahun itu selama periode 2023 hingga 2030.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dante Saksono Harbuwono menjelaskan, investasi itu untuk membuat vaksin, memasok obat, dan riset. Khusus untuk penelitian, kata dia, terdapat alokasi dana global sebesar USD 4 milliar setiap tahun. "Kita semua bersiap supaya eradikasi TBC terwujud pada 2030," kata Dante di Hotel Hyatt Yogyakarta pada Rabu, 30 Maret 2022

Dari dana global yang diperoleh tadi, menurut Dante, Indonesia membutuhkan Rp 3 triliun untuk pengobatan TBC, dan belum termasuk riset. Menurut dia, Indonesia berada pada posisi ketiga kasus tuberkulosis tertinggi dunia, setelah India dan Cina.

Kondisi tersebut membuat pemerintah menambah alokasi anggaran penanganan TBC hingga satu setengah kali lipat tahun ini. Kementerian Kesehatan menargetkan penemuan kasus TBC hingga 95 persen pada 2024. Pada 2022, jumlah penemuan kasus TBC baru 49 persen.

Jumlah temuan TBC tahun ini bertambah hingga 1.000 kasus karena proses pengobatan pasien yang terlambat, putus minum obat, sampai resistensi terhadap obat. Untuk mencapai target bebas tuberkulosis pada 2030, pemerintah akan menggandeng lebih banyak komunitas guna menjaring kontak dengan pasien yang menjalani pengobatan.

Pemerintah, Dante Saksono Harbuwono melanjutkan, menerapkan pelacakan tuberkulosis di berbagai daerah melalui skrining x-ray mobile. Deteksi dini ini berlaku terhadap orang-orang yang memiliki faktor risiko karena berkontak langsung dengan pasien TBC, penyandang HIV/AIDS, dan pasien diabetes melitus.

Baca juga:
Ada Pengecekan TBC Lewat Skrining X-ray Mobile, Masuk Mobil Langsung Difoto

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Shinta Maharani

Lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Yogyakarta. Menjadi Koresponden Tempo untuk wilayah Yogyakarta sejak 2014. Meminati isu gender, keberagaman, kelompok minoritas, dan hak asasi manusia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus