Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sakit Hati Dibalas Virus

Ditemukan vaksin penyakit hepatitis, yang dibuat dari tumor hati penderita hepatitis.

1 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARAPAN menjangkit dari negeri Margaret Thatcher. Seorang peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine berhasil menemukan vaksin penyakit hati Hepatitis B. Orang boleh bangga dengan penemuan ini. Setelah vaksin TBC, cacar dan polio vaksin Hepatitis cukup penting mengingat penjangkitannya yang luas di dunia. Vaksin itu sendiri dibuat dari tumor hati penderita Hepatitis. Sudah sejak lama diketahui infeksi menahun dari Hepatitis B besar kemungkinan mengakibatkan kanker hati. Dari kemungkinan itu Arie Zuckerman, profesor pada perguruan tinggi kedokteran di Inggris itu bersama tim yang dipimpinnya lantas memisahkan protein virus dari permukaan sel kanker hati penderita Hepatitis B. Dia menemukan antigen (zat penolak tersebut sangat mirip dengan protein virus yang juga ditemukan dalam darah penderita. Zuckerman menemukan pula bahwa sel-sel tumor hati dapat dipelihara, dikembang-biakkan dan malahan bisa disimpan dalam suhu yang dingin. "Cara yang kami temukan ini mcmungkinkan pembuatan vaksin dalam jumlah besar-besaran dibandingkan dcngan cara terdahulu," urai Zuckerman dalam majalah New Scientist 7 Februari 1980. Rasa Mual Sejawatnya Profesor Ken Murray dari Edinburgh University, sudah agak lama bekerja untuk menemukan vaksin pencegah Hepatitis B. Vaksin itu memang dia temukan, tapi hasilnya terbatas dan lambat. Sedangkan metode yang dipakai Murray ialah memindahkan gene dari partikel virus Hepatitis B ke dalam bakteri Escherichia coli. Lalu ditunggu sampai bakteri tadi membuat zat-zat virus sebagai reaksi dari gene. Selain Ken Murray masih banyak lagi peneliti yang mencoba untuk menemukan vaksin serupa, tapi gagal. Terutama disebabkan oleh anggapan bahwa virus tak dapat dipelihara dan dikembang-biakkan di laboratorium. Dengan terbukanya kemungkinan memproduksi vaksin Hepatitis B maka penyakit ini dapat dicegah melalui program vaksinasi massal, sebagaimana yang berlaku untuk TBC dan cacar Dua penyakit yang secara cemerlang sudah berhasil dikendalikan. Korban Hepatitis B cukup besar. Penduduk yang tercekam di seantero jagad diperhitungkan mencapai 176 juta orang. Di beberapa negara di Afrika, Asia dan kepulauan di Pasifik penderitanya mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di Amerika Tengah dan Selatan serta negara-negara yang terletak di pantai Laut Tengah penderitanya juga melangit. Penduduk dari negara-negara maju pun tak luput dari serangan virus penyakit ini. Penyebaran penyakit cepat sekali mengingat virusnya bisa berpindah lewat darah, air-mani, susu dan ludah. Penderita Hepatitis B pada tingkat awal terkadang tersamar dengan penyakit virus lainnya, seperti panas dan flu. Tapi kalau seseorang sudah mulai sering demam yang diikuti rasa mual, sudah saatnya untuk memeriksakan diri kepada dokter. Kalau sudah parah, terkadang penyakit ini bisa menyebabkan penyakit demam kuning atau malahan kanker hati. Penyakit Pejabat Hepatitis B dibedakan dengan Hepatitis A terutama dalam masa inkubasi. Hepatitis A berlangsung dalam 2 sampai 6 minggu, sedangkan penularannya lewat kotoran. Sementara pada Hepatitis B, penyakit berkembang lebih lama, 1« sampai 6 bulan. Di Indonesia penyebaran penyakit Hepatitis B cukup mencemaskan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan S. Moeslichan, A.H. Markum, I. Wahidayat, Maria Abdulsalam dan Masri Rustam dari bagian penyakit anak RS Cipto Mangunkusumo dan Palang Merah Indonesia pada 1972, ditemukan penyebaran penyakit mencapai 4,3%. Sebuah tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang melakukan penyelidikan di Mataram, NTB, tahun 1975 malah menemukan persentase penderita yang cukup tinggi. Terutama di kalangan para pejabat. "Lebih dari 30% pejabat-pejabat di Mataram yang menjalani general check up mengandung Hepatitis B dalam darahnya dan tanpa keluhan," begitu kesimpulan para peneliti tadi. Ada yang beranggapan epidemi Hepatitis B di Mataram itu diakibatkan oleh alat suntik yang dipakai berpindah-pindah dari seorang ke yang lain. Alat suntik inilah yang diduga keras menyebarkan virus, karena di daerah tersebut sebagian besar penduduk menganggap pengobatan identik dengan suntikan. Untuk mencegah penyakit ini jangan sampai lebih meluas, para peneliti di sini menganjurkan agar alat suntik hanya digunakan sekali pakai. Begitu juga tranfusi darah harus melalui pemeriksaan ada tidaknya virus Hepatitis B pada si donor. Sebab jangan sampai terjadi seorang korban yang mengharapkan pertolongan, malah terjebak virus Hepatitis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus