Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana mengatasi skip challenge pada remaja? Fenomena skip challenge atau pass out challenge di kalangan remaja, menurut psikolog Tika Bisono adalah fenomena pencarian identitas pada remaja. Permainannya dengan cara menekan dada sekeras-kerasnya selama beberapa waktu itu adalah ciri dunia remaja yang memang banyak hal aneh dan abnormalnya.
"Dunia remaja, adalah masa turbulensi," katanya. Tak heran jika pada masa itu banyak hal aneh dan abnormal. Ciri khasnya itu banyak istilah cemen, tulalit, bodoh, dan tolol bermunculan di dunia remaja.
"Mereka itu pada masa transit dari anak-anak menuju usia dewasa. Sensasi keremajaannya ya begitu itu, apa pun jadi dinilai jelek," katanya.
Baca juga:Skip Challenge, Bisakah Korbannya Diselamatkan?
Namun jangan masukkan paradigma dewasa kepada para remaja itu. "Kita harus memahami dunia remaja," ujar Tika. Semua ahli harus bicara. Dokter, misalnya, harus bicara apa efek skip challenge itu? Kerusakan apa yang bakal terjadi, jika tidak rusak apa yang akibat yang akan muncul? Guru juga bicara apa yang terjadi jika melakukan skip challenge? konsekuensinya apa, efeknya apa, dan sebagainya.
Dunia remaja, menurut Tika, sedang mencerna, mereka tidak langsung mendengar, mereka akan mengolah masukan yang datang, kemudian belajar memutuskan untuk mengadopsi atau tidak. Peran orang tua dan para ahli di sini sangat menentukan. Bagaimana kisi-kisi yang diberikan kepada para remaja itu, Tika melanjutkan, sehingga mereka bisa melewati masa turbulensi itu dengan selamat.
Dengan kisi-kisi yang diberikan para orang tua dan ahli itu, tantangan apa pun yang datang pada mereka, para remaja itu akan melaluinya dengan smart. Karena masa remaja itu tidak bisa diabaikan. Semua orang akan melaluinya. "Hanya beda eranya saja. Dulu zaman saya itu eranya disko. Sekarang itu mungkin eranya tantangan seperti skip challenge itu. Tapi istilah tolol, bodoh, tulalitnya sih sama saja di dunia remaja mana pun," ujar Tika.
(Baca: Skip Challenge di Dunia Remaja Wajar? Begini Kata Psikolog)
Karena itulah, sekali lagi, Tika wanti-wanti agar para orang tua, guru, dan ahli lain terus mengawal masa transit dunia remaja itu. Tantangan seperti skip challenge itu harus disikapi dengan benar. Para orang tua, guru, dan para ahli itu harus asertif dan demokratis. "Iya kan? Sekarang kita mau mereka tumbuh seperti apa, menjadi jati diri yang berkembang atau cetakan?" katanya.
SUSAN
Baca juga:
Fenomena Skip Challenge, Permainan yang Bahaya Ini Bro-Sist
Bekerja di Rumah Lebih Stres? Ini Penelitian ILO
Video Terkait: 10 Fakta Bahaya Permainan Skip Challenge
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini