Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 1 miliar orang di seluruh dunia kemungkinan besar menderita osteoartritis pada tahun 2050, demikian menurut perkiraan studi terbaru Lancet. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Rheumatology, saat ini 15 persen populasi global berusia 30 tahun ke atas menderita osteoartritis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut hasil studi pimpinan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang merupakan bagian dari Global Burden of Disease Study 2021 ini, pada 2020 ditemukan 595 juta orang terkena osteoartritis, meningkat 132 persen dari 256 juta orang pada 1990,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan penderita osteoartritis yang siginifkan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh penuaan, pertumbuhan populasi, dan obesitas. Pada 1990, yakni tahun pertama penelitian, obesitas dianggap menjadi penyebab atas 16 persen kecacatan akibat osteoartritis dan angka ini meningkat hingga 20 persen pada 2020.
Berdasarkan prevalensi penyakit ini pada 2020, para peneliti mengatakan bahwa di masa depan wanita lebih mungkin memiliki masalah ini daripada pria. Pada 2020, 61 persen kasus osteoartritis terjadi pada wanita dibandingkan 39 persen pada pria.
Alasan di balik perbedaan gender pada osteoartritis adalah genetika, faktor hormonal, dan perbedaan anatomi, demikian kata Jacek Kopek, penulis senior studi tersebut yang juga profesor di School of Population and Public Health di University of British Columbia.
Pentingnya Kesadaran Osteoartritis
Osteoartritis yang juga sering disebut sebagai penyakit sendi degeneratif adalah bentuk umum artritis yang biasanya memengaruhi sendi. Ini adalah kondisi kronis yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan yang merupakan jaringan pelindung ujung tulang pada sendi.
Tulang rawan yang mulai rusak menyebabkan permukaan menjadi lebih kasar dan mengurangi penyerapan guncangan. Ketika tulang rawan terkikis, tulang-tulang pada sendi yang terkena dapat bersentuhan langsung satu sama lain.
Hal ini dapat mengakibatkan nyeri, kaku, dan ketidaknyamanan, terutama saat bergerak atau aktivitas menahan beban. Osteoartritis juga dapat menyebabkan penurunan fleksibilitas dan rentang gerak pada sendi yang terkena. Kekakuan seringkali lebih terasa setelah periode “tidak aktif” seperti saat bangun di pagi hari atau setelah lama duduk.
Osteoartritis dapat memengaruhi sendi mana pun, namun paling sering terjadi pada sendi yang menahan beban seperti lutut, pinggul, dan tulang belakang. Seiring waktu, penyakit ini juga dapat memengaruhi tangan, jari, dan persendian lainnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, beban osteoartritis global dapat dikurangi sekitar 20 persen jika obesitas dapat diatasi secara efektif pada masyarakat.
Penatalaksanaan osteoarthritis termasuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan fungsi sendi, dan menjaga kualitas hidup secara keseluruhan. Hal ini melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup seperti pengelolaan berat badan dan olahraga, terapi fisik, obat pereda nyeri, hingga tindakan bedah seperti operasi penggantian sendi.
Pilihan editor: Peneliti Sebut Kaitan Asma dan Eksim dengan Risiko Osteoartritis