Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa tahapan dalam pernikahan adat Betawi. Skripsi berjudul Pernikahan Turun Ranjang dalam Tradisi Masyarakat Betawi (2018) karya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Reza Nur Fikri memerinci tahapan dalam pernikahan orang Betawi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ngeledengin yang berarti melihat-lihat sebagai tahapan pertama, yaitu pencarian informasi dari calon ipar untuk memastikan status lajang. Langkah selanjutnya, berkunjung atau silaturahmi ke rumah keluarga calon ipar. Jika merasa cocok, kedua keluarga bersepakat melanjutkan tahapan ngelamar atau melamar. Saat tahapan ini keluarga laki-laki (calon tuan mantu) menyampaikan permintaan resmi kepada keluarga perempuan (calon none mertua). Pada tahap ini, akan ada utusan (dapaun) untuk menemui keluarga perempuan. Biasanya, dapaun berjumlah paling banyak tiga orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat melamar, keluarga laki-laki membawa sirih embun (sirih lamaran), pisang raja berjumlah dua sisir, roti tawar, tiga botol sirop berwarna merah, dan hadiah pelengkap antara lain, yaitu kain batik, kain panjang, kosmetik, selop. Kalau seluruh tahap itu sudah dilakukan, selanjutnya tunangan (bawa tande putus). Tahapan ini ditandai dengan acara mengantar kue dan buah-buahan dari keluarga laki-laki ke rumah perempuan. Nanti akan dilanjutkan acara kedua anggota keluarga saling memberikan makanan.
Tahapan sebelum mendekati hari pernikahan adalah piare calon none penganten. Tujuan tahapan ini untuk merawat calon pengantin sejak sepuluh hari sebelum akad. Perawatan dilakukan supaya wajah pengantin tampak segar dan bercahaya saat pernikahan. Orang yang ahli untuk mengurus perawatan ini disebut tukang piare.
Sebelum upacara pernikahan, calon pengantin perempuan meminta izin orang tua sambil memakai kemban dan kebaya, rambutnya disanggul, juga mengenakan kerudung yang tipis. Prosesnya mandi kembang atau dimandiin. Ketika hari pernikahan makin dekat, akan ada kegiatan di rumah calon pengantin pria mempersiapkan kebutuhan serahan. Kegiatan itu biasa disebut malam mangkat, malam bumbu, atau malam ngeracik.
Tahapan saat pernikahan disebut ngerudut. Acara ini berupa upacara akad nikah. Rombongan pengantin pria datang bersama tokoh masyarakat yang dibarengi penabuh rebana dan pembawa barang serahan. Setelah menikah, pasangan pengantin tinggal di rumah keluarga perempuan selama tiga hari. Selepas itu, kemudian pindah ke rumah keluarga laki-laki.
AMELIA RAHIMA SARI