Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Tak Perlu Obat, Ini Cara Mengobati Gangguan Irama Jantung

Dokter menjelaskan untuk menangani gangguan irama jantung pasien tak perlu minum obat. Cek cara pengobatannya.

23 Januari 2020 | 17.40 WIB

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Aritmia merupakan penyakit sistem listrik jantung. Adanya gangguan pada pembentukan atau penjalaran impuls listrik menyebabkan irama jantung tidak berdenyut secara ritmik, bisa terlalu cepat atau terlalu lambat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Anda bisa meraba nadi sendiri untuk mendeteksi dini kelainan irama jantung. Normalnya, jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Denyut jantung disebut berdetak terlalu cepat saat mencapai 200 kali per menit dan dikatakan melambat ketika berdenyut 40 kali per menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penanganan gangguan irama jantung atau aritmia saat ini tak semata pemberian obat, tetapi juga bisa melalui metode ablasi kateter elektronis atau prosedur nonbedah untuk memperbaiki aktivitas listrik abnormal pada jantung dengan mengirimkan energi radiofrekuensi melalui kateter. Spesialis jantung dari RS MMC Jakarta, Dicky Armein Hanafy, mengatakan melalui metode ini pasien bisa pulih tanpa perlu minum obat sama sekali.

"Efek samping obat tidak kecil. Pasien bisa sembuh 100 persen dengan ablasi, tidak perlu lagi minum obat," katanya.

Ablasi, tindakan medis dengan minim invasi, dilakukan menggunakan kateter elektroda yang dipasang di pembuluh darah vena atau arteri di lipatan pangkal paha ditujukan ke jantung.

"Ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang menganggu irama di jantung hingga normal kembali," ujar spesialis jantung di RS MMC Jakarta, dr. Sunu Budhi Raharjo.

Sunu mengatakan kateter elektroda akan secara akurat mengidentifikasi sumber utama penyakit aritmia secara kasat mata.

Jika tak tertangani dengan baik, aritmia bisa menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian mendadak penderitanya.

"Aritmia kerap diabaikan, karena fokusnya ke koroner. Jantung tidak bisa memompa efektif sehingga berhenti, ini bentuk aritmia fatal. Kalau penanganan tidak tepat bisa berakhir fatal," kata Dicky.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus