Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Toxic Positivity Rentan Berakibat Stres dan Susah Memecahkan Masalah

Toxic positivity membungkam emosi negatif, mengabaikan kesedihan, dan berpura-pura bahagia

24 Juli 2022 | 23.06 WIB

Ilustrasi pria tertawa. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi pria tertawa. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Toxic positivity ketika orang terus menghindari emosi negatif atau obsesi terhadap pemikiran positif. Mengutip Medical News Todaytoxic positivity rentan berdampak buruk. Mengutip Healthline, psikolog klinis Jaime Zuckerman mengatakan toxic positivity merupakan asumsi baik oleh diri sendiri atau orang lain, terlepas dari rasa sakit emosional seseorang atau situasi sulit. Itu berarti hanya boleh memiliki pola pikir positif. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Toxic positivity membungkam emosi negatif, mengabaikan kesedihan, dan berpura-pura bahagia. Mengutip Medical News Today, toxic positivity memaksakan pemikiran positif sebagai satu-satunya solusi untuk masalah, menuntut agar seseorang menghindari atau mengungkapkan emosi negatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Toxic positivity memaksakan pemikiran positif sebagai satu-satunya solusi untuk masalah. Terlebih itu menuntut agar seseorang menghindari respons negatif atau mengekspresikan emosi lainnya. Walaupun memang, berpikir positif bermanfaat jika mengalami masalah. Tapitoxic positivity efek berlebihan obsesi pikiran positif juga berdampak buruk, sehingga menghalangi diri mencari dukungan sosial.

Risiko buruk toxic positivity

Toxic positivity rentan berdampak buruk untuk orang-orang yang sedang melalui masa-masa sulit. Kalimat positif sewajarnya mampu memberikan manfaat. Tapi, kalimat positif bisa menjadi beracun (toxic), jika kata-kata itu menyepelekan dan mengecilkan emosi atau masalah yang dialami seseorang seakan-akan pemikiran negatif tidak boleh dirasakan.

1. Mengabaikan emosi negatif

Manusia memiliki emosi negatif yang perlu diungkapkan. Namun, toxic positivity mencegah orang merasakan emosi negatif saat kesulitan nyata.

2. Komunikasi

Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan fakta, setiap hubungan memiliki tantangan. Sebab, cenderung berfokus hanya hal yang positif saja. Pendekatan ini, merusak komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah hubungan.

3. Mengakibatkan Stres

Mengutip dari Verywell Mind, toxic positivity membuat diri menjadi stres yang berkepanjangan. Stres in mempengaruhi produktivitas dalam bekerja atau menyelesaikan pekerjaan.

4. Tak percaya diri

Toxic positivity rentan berakibat menurunkan kepercayaan diri. Itu karena selalu berusaha menutupi emosi negatif dengan obsesi positif.

 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus