Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

12 Jenis Tari Bali Tradisional Paling Populer di Kalangan Wisatawan

Padahal masih ada banyak tari Bali yang memiliki keunikan gerakan serta kekhasan kostum dan aksesoris penarinya.

28 Juli 2022 | 17.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bali merupakan destinasi wisata populer di Indonesia. Daya tariknya tak hanya dari keindahan alam saja, tetapi juga warisan budaya tradisional. Salah satunya adalah tari Bali yang mendunia. Apa saja jenis tari Bali yang ada?

Tari Tradisional Bali

Nama Pulau Dewata sudah akrab di telinga wisatawan mancanegara karena menyimpan pesona luar biasa termasuk keanekaragaman budayanya. Sebagai daerah yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi, Bali mempunyai segudang jenis tarian tradisional nan eksotis yang penuh makna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama ini, hanya Tari Kecak dan Tari Pendet yang paling familiar sebagai tarian yang dipertunjukkan. Padahal masih ada banyak tari tradisional Bali yang memiliki keunikan gerakan serta kekhasan kostum dan aksesoris penarinya. Seni drama dan tari (sendratari) tradisional Bali bukan hanya menonjolkan lenggak-lenggok badan, tetapi mengekspresikan alur cerita.

Jenis - Jenis Tari Bali

Sebagian besar tari tradisional Bali berhubungan dengan agama sehingga terbilang religius yang menggambarkan kedekatan dengan Tuhan maupun para dewa. Gerakan-gerakan tarian Bali terlihat begitu indah dan ada pula yang nampak abstrak. Lantas, kira-kira apa saja jenis tari Bali tradisional paling populer?

1. Tari Kecak

Tarian ini mudah dikenali dengan ciri-ciri berupa para penari yang duduk melingkar dan mengangkat tangan sembari meneriakkan kata ‘cak cak cak’ berulang kali. Tari Kecak menjelaskan kisah Ramayana yang mempunyai bala tentara kera dalam pertempuran melawan Rahwana. Tari ini diperankan oleh puluhan penari yang mayoritas laki-laki. Walaupun hanya beberapa orang saja, seruan ‘cak cak cak’ yang diucapkan terdengar seperti dilakukan ribuan orang. Hal inilah yang membuat Tari Kecak sangat erat dengan suasana mistis.

2. Tari Pendet

Tari tradisional berasal dari Bali yang kedua adalah Tari Pendet. Tari yang diciptakan oleh I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng pada 1950 ini, melambangkan turunnya dewa-dewa ke bumi. Penari Pendet adalah wanita dewasa yang biasanya dilakukan oleh 5 orang atau lebih. Penari akan membawa sesajen sebagai wujud penghormatan kepada dewa. Di era modern, Tari Pendet telah berubah menjadi tari penyambutan tokoh-tokoh besar atau ditampilkan dalam suatu acara penting.

3. Tari Barong

Umat Hindu membawakan tarian Barong dalam tradisi Ngelawang di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Kamis 9 Juni 2022. Tradisi yang digelar di objek wisata tersebut merupakan rangkaian Hari Raya Galungan sebagai ritual tolak bala untuk menetralisir aura negatif dan sekaligus mempromosikan pariwisata Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tarian ini menggunakan atribut yang nampak serupa dengan kebudayaan Tionghoa, yakni Barongsai. Asal usul kata barong berawal dari ‘bahruang’ yang berarti beruang. Kendati demikian, jenis hewan yang dapat dikelompokkan ke dalam tarian Barong ada beraneka ragam. Misalnya Barong Macan, Barong Bangkal, Barong Asu, Barong Gajah, dan masih banyak yang lainnya. Tari Barong mendeskripsikan kejahatan (rangda) dan kebajikan (barong). Konon katanya, Tari Barong sudah ada sebelum agama Hindu memasuki Indonesia.

4. Tari Janger

Tari ini terinspirasi dari pergaulan para remaja Bali di tahun 1930-an. Tarian khas Bali ini identik dengan para penari yang asyik mendendangkan nyanyian dengan judul yang sama dengan tariannya, yakni Janger. Lirik lagu Janger diadaptasi dari lagu sanghyang yang penuh kesakralan. Setiap penari akan berpasang-pasangan dengan jumlah sekitar 10-15 pasang anak muda.

5. Tari Wirayudha

Tari Wirayudha berkisah tentang pertempuran yang kelam. Para penari ini akan memainkan banyak atribut senjata seperti tombak yang mencerminkan prajurit Bali Dwipa. Tari ini terdiri dari dua sampai empat pasang penari laki-laki. Selain tombak, ada pula hiasan kepala yang disebut sebagai udeng-udeng. Tarian Wirayudha secara mendalam memperlihatkan persiapan prajurit Bali dalam menghadapi peperangan.

6. Tari Trunajaya

Trunajaya berasal dari kata ‘teruna’ yang berarti pemuda, merupakan hasil kreasi Pan Wanders dan I Gede Manik. Tarian ini sangat erat dengan kisah kasih romansa para pria yang berusaha memikat hati idamannya. Penari ingin menunjukkan sikap tegas dan gagah melalui gerakan kuda-kuda. Selain itu, penari juga memainkan mata dengan cara membelalak yang terkesan menyeramkan dan bermakna kejantanan seorang pria. Seiring berjalannya waktu, perempuan juga bisa membawakan tarian ini.

7. Tari Legong

Pada mulanya, Tari Legong sangatlah eksklusif. Karena hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan di lingkungan keraton. Namun, saat ini siapa saja bisa menonton pertunjukan Tari Legong di Bali. Istilah legong diambil dari kata ‘leg’ yang maksudnya luwes, sedangkan ‘gong’ adalah alat musik yang dipukul seperti gamelan. Gong tradisional atau gamelan dari Bali disebut Semar Pegulingan. Tari Legong menitikberatkan pada gerakan lemah gemulai dengan membawa media kipas.

8. Tari Durga Mahisasura Mardini

Tarian ini diambil dari naskah klasik pada lontar siwagama. Para dewa-dewi dikisahkan harus bersusah payah berduel dengan raksasa Rakta. Dewi yang paling kuat disebut sebagai Durga. Ada sekitar 10 penari yang sebagian besar berperan sebagai raksasa. Tarian ini diiringi alunan gamelan semarandana yang merupakan hasil pembaharuan gong kebyar semar pegulingan.

9. Tari Baris

Seperti namanya, para penari Tari Baris akan membentuk formasi baris-berbaris yang menggambarkan para prajurit tengah berjuang dalam peperangan. Kelompok penari terdiri dari 8 sampai 40 laki-laki dewasa. Tari ini diduga telah ada sejak pertengahan abad ke-16 dan hanya dibawakan pada ritual acara keagamaan. Pada tarian ini, para ksatria Bali terlihat tak pernah ragu dan berani membela raja. Ada banyak media pelengkap yang dikenakan penari, seperti lamak, badog, dan awir.

10. Tari Panji Semirang

Tarian Panji Semirang telah diciptakan sebelum masa kemerdekaan Indonesia, yakni tepatnya tahun 1942. I Nyoman Kaler, seorang seniman asli Bali yang berada di belakang tercetusnya Tari Panji Semirang. Ide tarian ini terinspirasi dari seri petualangan Putri Galuh Candrakirana. Putri Galuh melakukan penyamaran sebagai seorang laki-laki bernama Raden Panji.Tarian ini murni untuk hiburan yang dibawakan di luar pura persembahan.

11. Tari Margapati

Meskipun dikemas dalam gerakan yang lincah dan cepat. Ternyata tarian ini mengisahkan kematian yang selalu berakhir dengan kesedihan. Nama margapati berasal dari dua kata, yaitu ‘marga’ yang artinya jalan serta ‘pati’ yang maknanya kematian. Maka, secara harfiah Tari Margapati menjadi perwujudan jalan menuju kematian. Suasana mencekam akan begitu terasa ketika seorang penari putri berperilaku layaknya pria yang siap menerkam.

12. Tari Puspanjali

Tari Puspanjali dikhususkan untuk menyambut tamu yang terinspirasi dari Upacara Rejang. Sesuai dengan namanya, ‘Puspa’ berarti menghormati dan ‘anjali’ berarti bunga. Maka tari ini dapat dimaknai sebagai pentingnya menghormati tamu karena tamu bagaikan sekuntum bunga yang indah. Tari ini dibawakan oleh 5-7 orang wanita yang nampak anggun serta lemah lembut.

Itulah beberapa jenis tari Bali tradisional paling populer yang wajib dilihat saat wisata ke Pulau Dewata. Selain sebagai media hiburan, menonton pertunjukan tari tradisional merupakan wujud rasa cinta kebudayaan sendiri.

MELYNDA DWI PUSPITA

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus