Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

3 Telaga yang Lekat dengan Cerita Wali di Kabupaten Kuningan

Di jalur yang melewati Kabupaten Kuningan, ia beberapa kali singgah, termasuk di telaga-telaga yang kini menjadi ikon wisata di daerah itu.

14 April 2018 | 11.40 WIB

Telaga Biru Cigaru
Perbesar
Telaga Biru Cigaru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Kuningan – Di Puncak Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sunan Gunung Jati diyakini bertapa, menepi, dan bermunajad pada 1521-1530.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Hal itu dilakukan menjelang Portugis menekan para ulama dan rakyat kecil. Dia beberapa kali singgah di jalur yang melewati Kuningan, termasuk di telaga-telaga yang kini menjadi ikon wisata di daerah yang terletak di kaki gunung tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo berkesempatan mengunjungi beberapa danau yang konon menjadi tempat yang pernah disinggahi para wali di Kuningan, akhir tahun lalu. Dari perjalanan tersebut, dihimpun beberapa danau yang bisa Anda datangi untuk berwisata.

1. Telaga Nilem

Telaga ini merupakan spot vakansi alam yang bisa menjadi salah satu alternatif seusai pelancong “membabat” habis wisata keraton di Kota Cirebon. Jaraknya dengan kota santri itu tak terlampau jauh. Kira-kira 20 kilometer. Umumnya, kalau dijangkau menggunakan kendaraan bermotor, telaga yang masuk kawasan wisata Desa Kaduela tersebut bisa ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit.

Di areal Taman Nasional Gunung Ciremai, Nilem adalah gerbang pembuka. Sebab, lokasinya berada di paling muka, dekat dengan portal masuk. Umumnya, orang-orang mengunjungi telaga itu pagi-pagi benar. Di sana, mereka bisa melihat danau alami dengan air sangat jernih. Saking jernihnya, biota yang hidup dalam air tampak dari permukaan.

Para pelancong biasanya memanfaatkan kolam ini buat snorkeling. Tak perlu khawatir bila tak bisa berenang. Di kawasan telaga, terdapat warung-warung yang menyediakan pelampung. Bila tidak membawa baju ganti, pedagang akan menyewakan pakaian renang dengan biaya rata-rata Rp 20 ribu per pasang.

2. Telaga Remis

Danau seluas 3,25 hektare yang letaknya tak sampai 500 meter dari Telaga Nilem ini punya lanskap yang menarik. Airnya jernih seperti cermin dan memantulkan bayangan pepohonan. Seakan-akan membentuk pagar alami. Kalau pagi, warga sekitar memancing di sana. Ada macam-macam jenis ikan air tawar yang hidup. Seperti bawal dan nila.

Menurut kepercayaan warga sekitar, ada juga bulus raksasa yang berdiam di dasar danau. Bulus itu kadang-kadang muncul kalau dipanggil dengan ritual khusus. Bulus disinyalir sebagai penunggu telaga, yang konon adalah jelmaan Pangeran Purabaya, utusan Kerajaan Mataram. Ia dulu dikabarkan berseteru dengan Sultan Matangaji, pemimpin Keraton Cirebon.

Menjelang siang, pengunjung datang dari berbagai kota. Mereka kebanyakan merupakan rombongan keluarga. Karena itu, di Telaga Remis banyak disediakan wahana untuk anak-anak, seperti sepeda air, bebek-bebekan, dan perahu mini.

3. Telaga Biru

Warga sekitar mengenalnya dengan sebutan Situ Cicerem. Lokasinya masih berada di Kecamatan Pesawahan dengan jarak tempuh kurang lebih 1 kilometer dari Telaga Remis menuju arah Paniis. Telaga ini punya julukan “Si Biru” lantaran warna airnya benar-benar biru. Di dalam danau itu terdapat ribuan ikan bawal hitam dan nila merah.

Tempat ini dulu dikenal sebagai lokasi singgahnya para wali ketika menyebarkan agama. Karena itu, di sekitar telaga, bisa ditemui rumah-rumah sesepuh. Mereka kabarnya kerap didatangi orang-orang dari kota yang ingin mencari wangsit.

Di telaga ini pula, menurut warga sekitar, ikan yang hidup dipercaya tak boleh dipancing karena memiliki pertalian dengan hal-hal yang berbau metafisika. Belakangan, Telaga Biru menjadi lokasi incaran para selebgram. Dari atas sebuah batu, mereka bisa berfoto dengan latar kosong berupa telaga, ikan-ikan, dan pagar-pagar pepohonan yang rimbun serta ranum.

Untuk menuju tiga danau ini, pelancong bisa menempuh perjalanan darat dengan kereta api. Perjalanan dilakukan dari Stasiun Gambir, Jakarta, atau Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Kejaksan atau Prujakan.

Setelah itu, pelancong dapat menyewa motor dengan tarif Rp 75 ribu per hari atau mobil RP 400 ribu per hari. Waktu terbaik mengunjungi Kuningan ialah awal Juni hingga awal September atau saat curah hujan rendah.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA


Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus