Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Anies Baswedan Tempati Rumah Peninggalan Kakek Buyut Gus Miftah

Anies Baswedan menunjukkan joglo yang menjadi bagian dari rumah tinggalnya sekarang, merupakan peninggalan Kiai Besari yang terkenal dari Ponorogo.

5 Agustus 2019 | 12.44 WIB

Gubernur DKI Anies Baswedan berbincang dengan Gus Miftah sambil menunjukkan joglo yang menjadi rumah tinggalnya. Instagram/@aniesbaswedan
Perbesar
Gubernur DKI Anies Baswedan berbincang dengan Gus Miftah sambil menunjukkan joglo yang menjadi rumah tinggalnya. Instagram/@aniesbaswedan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Rumah tinggal Gubernur DKI Anies Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan merupakan peninggalan Kiai Hasan Besari. kakek buyut Gus Miftah. “Kami sama-sama terkejut karena ada ketersambungan historis  yaitu joglo yang sekarang jadi rumah tinggal kami,” kata Anies dalam unggahan foto dia dengan Gus Miftah, di akun Instagramnya, Minggu, 4 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Gus Miftah adalah orang yang mengenalkan Islam kepada Deddy Corbuzier, Dia dikenal sebagai kiai yang banyak berdakwah di depan kelompok marjinal seperti pekerja seks komersial, di kelab malam, dan transgender. Belakangan ini, Anies kerap bertemu dengan Gus Miftah lantaran setuju pengelola Pondok Pesantren Ora Aji ini memberikan tausiyah  di kelab malam di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut penggagas Indonesia Mengajar ini, saat berbincang di Balaikota, pekan lalu diketahui Gus Miftah merupakan keturunan ke-9 Kiai Hasan Besari. “Beliau adalah ulama tersohor di pertengahan abad 18 dan pendiri serta pemimpin Pondok Pesantren Tegalsari di Ponorogo,” kata Anies.

Pondok Pesantren Tegalsari, Anies melanjutkan, merupakan salah satu yang tertua di Pulau Jawa. Beberapa santri dari Pesantren Tegalsari yang di kemudian hari menjadi tokoh nasional Indonesia adalah Ronggawarsito, Cokroaminoto, dan Pangeran Diponegoro.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menuturkan, joglo yang sekarang menjadi bagian dari salah satu rumah tinggalnya itu dibangun sekitar 1740an. Ini merupakan hadiah pernikahan dari Sunan Pakubuwono II saat Kiai Hasan Besari menikahkan Kiai Hasan Besari dengan putrinya. ‘Makanya jenis joglo ini berbeda dengan joglo di Ponorogo, tapi berjenis Satrio Pinayungan Lambang Gantung yang biasa ditemukan di dalam kompleks Keraton,” ujarnya.

Anies menuturkan, Satrio Pinayungan Lambang Gantung memiliki keunikan blandar gantung, yakni balok kayu yg menggantung tanpa disangga dengan tiang. “Kami bersyukur, bahwa joglo bersejarah ini masih tegak berdiri walau kayunya sudah keriput melewati ratusan tahun usianya.”

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus