Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Batam - Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Kepulauan Riau meminta pemerintah tidak mengeluarkan aturan yang berpotensi menghalang bangkitnya pariwisata di tengah pandemi. Terutama, aturan yang diberlakukan secara mendadak tanpa sosialisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami minta peraturan dibuat jauh-jauh hari, jangan diputuskan sore, diterapkan malam hari," kata Ketua Umum Astindo Pauline Suharno dalam acara Fun Bike Astindo di objek wisata mangrove Pandang Tak Jemu, Nongsa, Kota Batam Kepulauan Riau belum lama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pauline mencontohkan salah satu aturan yang dinilai menghalangi travel agent menjual produknya adalah aturan tes cepat antigen yang berubah menjadi tes PCR secara mendadak. Begitu juga aturan pembatasan maksimal maskapai.
"Diputuskan hari itu, diterapkan sore, penjualan kita terpaksa terganggu," kata Pauline.
Menurut Pauline, hal tersebut sangat berpengaruh. Sebab, wisatawan mancanegara biasanya mengatur perjalanan dari jauh-jauh hari, berbeda dengan wisatawan lokal yang bisa merencanakan perjalanan dalam waktu singkat.
Apalagi, kata Pauline, wisman butuh perhitungan keamanan di masa pandemi seperti ini. "Jadi ketika tiba-tiba aturan berubah dan langsung diterapkan, kita kewalahan sebagai penjual paket wisata," ujarnya.
Pauline juga melihat kajian pemerintah dalam membuat aturan yang berdampak kepada pariwisata tidak matang. Misalnya, soal aturan dibukanya pintu masuk untuk 19 negara ke Bali dan Kepulauan Riau.
"Pernah enggak pemerintah cek, 19 negara itu gampang atau susah nggak keluar dari negara mereka," kata Pauline. Sebab, sampai saat ini belum ada wisatawan mancanegara yang masuk melalui dua pintu tersebut.
Pauline mencontohkan wisatawan mancanegara asal Selandia Baru harus membuat pass atau izin perjalanan agar bisa keluar dari negara mereka. Saat ini, sudah 30 ribu orang antre menunggu pass itu dikeluarkan.
"Seharusnya kita mengkaji itu, atau tidak belajar dengan Thailand, mereka berhasil bukan pintu masuk wisman di masa pandemi," kata Pauline.
Bahkan, Pauline menilai dari 19 negara itu tidak semuanya punya jadwal penerbangan ke Bali atau Kepri. "Gimana ada penumpang wisman, pesawat saja tidak ada," kata dia.
Pauline berharap pemerintah harus mendorong bangkitnya pariwisata di tengah pandemi Covid-19. "Saatnya sekarang kolaborasi pegiat pariwisata dan pemerintah," ujarnya.
Salah satu kolaborasinya bisa dalam pengembangan objek wisata. Objek Wisata Mangrove Pandang Tak Jemu di Kota Batam ini, menurut Pauline, seharusnya sudah dikenal oleh orang di seluruh Indonesia karena keindahan mangrove.
Namun keterbatasan finansial pengelola menjadi penghalang. "Harusnya pemerintah membantu finansial itu, tidak bisa masyarakat bekerja sendiri membangun destinasi sebagus ini, tenaga, pikiran biarlah dari masyarakat tetapi finansial pemerintah harus bantu," kata Pauline.
Dengan kualitas pembangunan destinasi wisata yang baik, kata Pauline, maka travel agent dapat menjualnya dengan mudah. "Jadi terjalin kerjasama yang bagus," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Buralimar mengatakan selalu mendukung asosiasi pariwisata untuk semangat menyelenggarakan event di masa pandemi Covid-19. "Tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, minimal menggunakan masker," kata dia.
Apalagi, menurut Buralimar, jika pandemi tidak naik setelah Natal dan Tahun Baru, wisatawan sudah bisa masuk Kepulauan Riau pada pertengahan Januari. "Kita bergantung ke Nataru, kalau bisa dihadapi, kita gas Februari," ujarnya.