Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Lebak mendukung Wisata Baduy diganti menjadi Saba Budaya Baduy. Dua istilah ini memiliki makna yang berbeda dan berimplikasi terhadap cara berkunjung ke sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wisata Baduy adalah sebutan yang selama ini diterapkan saat wisatawan datang ke Baduy. Istilah tersebut mengedepankan aktivitas wisata, sehingga mengesampingkan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Baduy yang harus dihormati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara Lembaga Adat Baduy lebih 'sreg' dengan sebutan Saba Budaya Baduy yang artinya silaturahmi. Dengan begitu, ada sikap saling menghargai dan menghormati kultur yang berbeda antara masyarakat Baduy dengan tamu yang datang.
"Kami menghormati penggantian istilah itu menjadi Saba Budaya Baduy," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, Imam Rismahayadin di Lebak, Banten, Senin 20 Juli 2020.
Warga Baduy Dalam beraktivitas di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Selasa, 7 Juli 2020. Lembaga Adat Baduy mengirim surat permohonan kepada Presiden Joko Widodo untuk menutup atau menghapus wilayah Baduy, Lebak, Banten dari lokasi tujuan wisata. ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Saba Budaya Baduy tercantum dalam Peraturan Desa Kanekes Nomor 1 Tahun 2007 tentang Saba Budaya dan Perlindungan Masyarakat Adat Tatar Kanekes (Baduy). Dengan pergantian istilah tersebut, maka perlakuan terhadap orang yang datang ke wilayah Baduy akan berbeda dari sebelumnya.
Para tamu suku Baduy harus menaati aturan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, melestarikan lingkungan dengan tidak merusak, dan berbagai ketentuan lain sesuai dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Baduy. "Pada prinsipnya pemerintah tidak ada masalah dengan pergantian nama itu sesuai dengan keinginan lembaga adat setempat," katanya menjelaskan.
Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija mengatakan masyarakat Badui yang berpenduduk 14.680 jiwa tersebar di 68 kampung. Kampung itu terdiri dari Kampung Baduy Luar dan Kampung Baduy Dalam yang masih terbuka dan menerima orang luar daerah.
Warga Suku Baduy Luar menenun kain khas Baduy di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Senin, 29 Juni 2020. ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Para tamu boleh masuk ke wilayah Baduy karena membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Saat ini, terdapat ribuan warga Baduy yang membuat aneka kerajinan tenun, batik, golok, souvenir, hingga minuman madu yang biasa diborong wisatawan.
"Kami sangat setuju istilah destinasi wisata dihapus dan diganti Saba Budaya Baduy. Kami sejak turun-temurun tetap membutuhkan silaturahim dengan orang luar," ujarnya. Meski begitu, mereka yang datang ke Baduy tetap harus mematuhi peraturan dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat Baduy.