Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Cerita dari Kampung Pembuat Perahu Cepat di Palembang

Rustam bukan sebuah nama yang dikutuk menjadi panggilan sebuah perahu. Dia benar-benar seorang manusia yang hidup di atas sungai.

18 April 2018 | 14.21 WIB

Perahu penyeberangan antar pulau melintas di kawasan Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (13/11). TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Perahu penyeberangan antar pulau melintas di kawasan Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (13/11). TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Palembang - Rustam tak bisa jauh dari Sungai Musi. Siang dan malam, dia berada di atas sungai sepanjang 750 kilometer itu. Rustam bukan sebuah nama yang dikutuk menjadi panggilan sebuah perahu. Dia benar-benar seorang manusia yang hidup di atas sungai yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian; ulu dan ilir itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Laki-laki 40 tahun itu menganggap Sungai Musi sebagai sumber kehidupannya. Alasannya, di situlah dia membangun rumah tangga bersama istri dan dua anaknya. Rumah Rustam berupa rumah rakit, masyarakat Palembang, menyebutnya rumah apung. Pondasinya dari ratusan pohon bambu yang dibariskan rapi dan diikat dengan tali rotan secara kuat-kuat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantai rumahnya dari papan. Rumah itu selalu terapung, bila Sungai Musi pasang, ia akan ikut terapung lebih tinggi di atas air. Supaya rumah apung tak hanyut, ia diikat dengan tali tambang ke batang bambu yang dicagakkan di sudut-sudut rumah.

Dari rumah apung itulah Rustam membuka usaha jasa pembuat perahu cepat atau speed boat. “Bahkan ketika masih bujangan sudah ikut bapak membuat speed boat ini,” ujar Rustam sambil membuat garis disela papan perahu untuk didempul, Selasa 17 April 2018.

Di beranda rumah apung Rustam ada dua perahu. Kedua-duanya bukan perahu baru, tapi perahu lama yang diperbaiki. Perahu cepat itu berukuran 5,5 x 2,5 meter.

Speed boat harus diperbaiki satu tahun sekali, yang harus diperhatikan adalah paku-paku di badan speed boat ini,” katanya.

Bagi Rustam, memperbaiki speed boat cukup tiga hari. Dia juga tak membutuhkan waktu lama membuat speed boat yang baru. “Kalau membuat baru, saya membuatnya sendirian cukup seminggu. Kalau bertiga sama teman-teman, tiga hari selesai,” lanjutnya.

Di kampung Rustam di 2 Ulu Palembang, memang terkenal karena banyak tukang pembuat perahu dan speed boat. Sepanjang bibir Sungai Musi di 2 Ulu Palembang itu berbaris perahu-perahu baru dan papan-papan yang belum dibuat menjadi sebuah perahu.

Kampung itu andalan bagi penyedia jasa speed boat sepanjang Sungai Musi, mulai dari membuat baru hingga memperbaiki speed boat lama mereka. Para pemesan bukan hanya dari Palembang, ada juga dari Banyuasin dan daerah-daerah Sungsang.

“Kalau cuma memperbaiki, paling biayanya Rp 1 juta. Itupun untuk speed boat yang lumayan rusak parah,” jelasnya. Sedangkan untuk biaya membuat baru sebuah perahu speed boat dengan kekuatan 40 daya kuda (PK), seharga Rp 7,5 juta. Speed boat yang besar berkapasitas 115 PK untuk mengangkut barang, harganya Rp 30 juta. Dengan catatan mesin speed boat dibeli dan dipasang sendiri oleh pemesan.

“Modal paling mahal itu harga papan. Kami membuat speed boat itu dari kayu meranti bunga,” tutur ayah dua anak itu.

Kayu dan papan itu langsung Rustam cari yang terbaik dari panglong kayu di 15 Ulu Palembang. “Panglong-panglong itu mengambil kayu di daerah Musi Banyuasin dan Banyuasin,” katanya.

Dalam sebulan, Rustam bisa menyelesaikan empat speed boat. “Itu kalau lagi pesanan ramai. Kalau sepi, dalam sebulan ada satu, sudah syukur” ujarnya.

Dia berharap menjelang Asian Games 2018 di Palambang, kendaraan-kendaraan air itu terciprat keramaian penumpang, dengan demikian dia juga ikut dapat order. “Minimimal untuk memperbaiki, atau membuat speed boat yang baru,” katanya.

Ahmad Supardi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus