Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Desa Wisata Kopi di Yogyakarta Berbenah Pikat Turis Asing

Desa Wisata berbenah menyambut Hari Kopi dengan menggelar Festival Kopi andalan masing-masing

27 September 2018 | 16.23 WIB

 Pegawai koperasi sedang menjemur biji kopi di Koperasi Merapi, Jalan Kaliurang KM 20, Sleman, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Pegawai koperasi sedang menjemur biji kopi di Koperasi Merapi, Jalan Kaliurang KM 20, Sleman, Yogyakarta. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Sleman - Sejumlah desa wisata di wilayah daerah Istiemewa Yogyakarta diminta berbenah menyambut Hari Kopi dengan menggelar Festival Kopi andalan masing-masing. Hari Kopi Sedunia jatuh pada 1 Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Beberapa kawasan yang selama ini kondang sebagai penghasil kopi, antara lain, Dusun Pentingsari Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang dikenal dengan Kopi Merapi. Lalu ada Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo yang memiliki Kopi Menoreh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Imbauan itu mencuat dalam sarasehan Festival Kopi Merapi 2018 di Pentingsari, Sleman, Rabu, 26 September 2018. Diharapkan, dengan mengunggulkan kopi andalan akan makin menarik minat wisatawan asing. “Karena orang Barat itu biasa minum kopi sebelum berativitas pagi, siang, juga malam. Ada istilah live begin after coffee,” kata Direktur Program Pengembangan Bisnis Rumah Kreatif Jogja, Febriyo Hadikesuma.

Berdasar data, jumlah kunjungan turis asing cukup tinggi di wilayah Yogyakarta. Data Dinas Pariwisata DIY mencatat turis asing yang menginap di hotel berbintang maupun non bintang naik 15 persen tiap tahun. Peluang itulah yang mestinya ditangkap desa produsen kopi.  Apalagi, “Sekarang sedang muncul euphoria kopi. Itu jadi peluang,” kata Febriyo.

Untuk mempersiapkan kunjungan wisatawan, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Imam Pratanandi, menyarankan desa wisata menyiapkan paket wisata kopi. Paket ini meliputi something to see, yaitu mengajak wisatawan melihat perkebunan kopi, cara mengolahnya, dan merasakan kopi.Ilustrasi buah kopi

Lalu ada unsur Something to do, mengajak wisatawan ikut memetik, menumbuk, menyangrai, dan menyeduh kopi. Dan terakhir something to buy, alias mengajak wisatawan membeli kopi yang telah diolahnya.  “Harus dibuat cerita tentang kopi itu. Seperti sejarah, keunikan, rasanya,” kata Imam.

Imam menyarankan kopi desa wisata sebaiknya tak semua diekspor, melainkan ada satu produk yang benar-benar unggul dan khas hanya disajikan di desa wisata itu. “Biar wisatawan penasaran dan akan ke sana untuk menikmatinya.”

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman Endah Yitnani mengklaim Kopi Merapi sudah termasuk produk kopi yang telah layak ekspor. Salah satu negara pemesan adalah Finlandia yang menggelar Helsinki Coffee Festival 2018 April 2018 lalu. Di perhelatan itu Indonesia dengan memamerkan Kopi Merapi asal Sleman dan Kopi Gayo asal Aceh.

PITO AGUSTIN RUDIANA (Sleman)

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus