Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film epik macam Star Wars dan The Mars berterima kasih kepada Gurun Wadi Rum. Semesta gurun ini membuat gambaran galaksi mendekati kenyataan. Tanahnya yang memerah sangat mirip dengan Planet Mars. Sementara perbukitan dan tebingnya seperti visual planet di galaksi antah berantah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun pesona sesungguhnya gurun itu, tak sebatas lanskap yang indah. Di sela-sela bebatuan yang tersembunyi tersimpan pahatan dari masa ribuan tahun silam. Gurun yang dijuluki Lembah Bulan atau Valley of The Moon, itu harus mempertahankan seni ukir batu cadasnya dari erosi akibat cuaca ekstrem, vandalism, penjarahan, dan bahkan wisatawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Repotnya, belum ada upaya besar untuk mendokumentasikan seni ini dengan benar. Dengan begitu artefak-artefak yang kaya sejarah ini perlahan-lahan memudar dan hilang dari memori rakyat Yordania.
Namun kini kolaborasi antara non-government organization dan warga Suku Badui mulai membuahkan hasil. Saat para pemuda Badui itu menjelajahi Wadi Rum dan menemukan seni pahat batu, mereka akan segera memotretnya. Menandai lokasinya dengan bantuan Global Position System (GPS). Lalu menandainya dengan geotag. Dengan begitu semua happy. Penemu senang, peneliti mendapat pasokan baru, dan wisatawan gembira.
Ahli geografi dari Arizona State University, Kaelin Groom, menjelaskan bahwa beberapa seni cadas di Wadi Rum berusia hingga 5.000 tahun. Dok. USAID
Aplikasi untuk menjaja objek wisata ini memang sangat membantu. Terutama, orang-orang Badui memiliki alat untuk membuat atlas digital dari kisah leluhur mereka, memberdayakan mereka untuk mencegah warisan budaya mereka menghilang ke ditelan pasir.
Ahli geografi dari Arizona State University, Kaelin Groom, menjelaskan bahwa beberapa seni cadas di Wadi Rum berusia hingga 5.000 tahun. Serta memuat uraian-uraian kaum Thamudik — istilah yang diberikan pada teks-teks di wilayah kuno yang kurang dipahami — ukiran-ukiran ini sering menggambarkan fauna yang tidak lagi hidup di Yordania, termasuk burung unta, singa, oryx, ibex, dan hyena.
Bahkan, guratan-guratan yang jadi objek wisata itu diceritakan dengan keliru oleh pemandu wisata dari Suku Badui. Mereka hanya bermodal dari cerita turun temurun yang menghibur. Groom mencatat bahwa pekerjaan arkeologis pernah dilakukan di daerah itu sebelumnya, namun tak mendapat sambutan yang baik dari penduduk setempat.
Pada tahun 2005, Niccole Cerveny , seorang profesor geografi di Mesa Community College di Arizona, selama studi penelitiannya di Gurun Wadi Rum, menciptakan Indeks Stabilitas Seni Batu (RASI). Aplikasi itu membantu masyarakat setempat untuk memahami apa yang perlu dilindungi.
Cara kerjanya begini: saat warga Suku Badui menemukan seni pahat cadas, ia membuat sketsa atau memotretnya. Kemudian mencatat koordinat GPS-nya. Lalu mulai mengisi seperti angka 0 untuk tidak ada kerusakan dan angka 3 bila ada kerusakan. Agar makin sahih penilaian tersebut, dibandingkan dengan orang lain yang menilai kualitas pahatan itu. Lalu computer menganalisisnya seberapa bagus atau rusak suatu pahatan.
RASI dapat digunakan oleh siapa saja dengan pelatihan dasar dan tanpa keahlian khusus yang diperlukan sebelumnya. "Itulah mengapa sangat efektif," kata Groom. Menurut Groom, inilah kegunaan ekowisata, yang melibatkan komunitas untuk melestarikan alam dan budaya.
Warga Badui sedang memperoleh pelatihan untuk memasukkan data pahatan batu ke dalam RASI. Foto: Kaelin Groom/Atlas Obscura
RASI datag pada saat yang tepat. Secara kebetulan, pada tahun 2015, orang-orang Badui mulai memiliki ponsel cerdas. Mereka mulanya menolak ponsel itu, dengan alasan ponsel Nokia mereka memiliki ketahanan baterai yang luar biasa. Namun, ponsel mampu membuat mereka mengakses media sosial, dan tentu saja membuat pekerjaan mereka menawarkan pariwisata menjadi lebih mudah. Apalagi ponsel juga memiliki GPS dan kamera, dengan begitu RASI bisa bekerja dengan baik tanpa menggunakan banyak alat.
Dengan aplikasi RASI, warga Badui bisa menunjukkan spot-spot terunik atauun terbaru bagi wisatawan. Mereka pun mampu menceritakan detailnya, dengan pemahaman arkeologis yang didapatkan dari para ahli purbakala. Inilah yang membuat Wadi Rum kian menarik, bukan hanya embel-embel lokasi syuting. Tapi jauh di gurun tebihm celah batu, terdapat peninggalan sejarah yang harus dilestarikan.