Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Probolinggo - Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi mengatakan ikan paus sering terdampar di perairan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, selama beberapa tahun terakhir.
"Berdasarkan catatan kami, sedikitnya ada enam peristiwa terdamparnya ikan paus berbagai jenis di Probolinggo," katanya di Kabupaten Probolinggo, Jumat, 8/6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dedy mengatakan ikan paus itu terdampar pada tahun 2010, 2015, 2016, 2017 dan 2018
Peristiwa terakhir adalah terdamparnya ikan paus balin di perairan Pantai Randutatah, Kecamatan Paiton, Rabu, 6/6, lalu. "Bahkan seingat saya paus orca atau paus pembunuh terdampar di Probolinggo pada tahun 2005, namun saya lupa lokasi persisnya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Dedy, ikan paus terdampar karena mamalia laut tersebut sedang mengalami dis-orientation. "Jika ada satu paus yang sedang linglung, maka dia akan terpencar dari kelompoknya. Hewan laut yang linglung itu pun tetap bertahan hidup dengan cara memakan plankton di perairan Indonesia yang beriklim tropis.”
Dari beberapa kejadian terdamparnya mamalia laut itu, lanjut dia, sebagian besar berasal dari wilayah perairan subtropis seperti dari Australia, Jepang dan Korea. “Kalau berasal dari perairan Australia, mungkin mamalia laut itu masuk dari Selat Bali sampai ke Selat Madura dan berakhirnya di sini," kata dia. Adapun faktor penyebab mereka jadi linglung karena dari awal sudah terkena penyakit.
Ia mengatakan ikan paus tersebut mati karena iklim yang tidak bersahabat. Suhu perairan subtropis dengan perairan tropis berbeda. Suhu subtropis berkisar antara 3-5 derajat celsius, sedangkan tropis kisaran 30-35 derajat celsius.
Mengenai penyebab dis-orientasi pada ikan paus, Deddy mengatakan potensi besar disebabkan dari makanan yang dikonsumsi. Dia membri contoh terdamparnya ikan paus balin yang memiliki tipikal mulut seperti bulu sikat gigi. Mulut itu fungsinya untuk memakan plankton, namun tidak semua plankton bagus karena ada yang beracun. “Seperti fenomena Red Tide,” kata Dedy.
Red Tide adalah fenomena alam ketika warna air laut berwarna merah kecoklatan dan sangat beracun. Hal itu disebabkan oleh fitoplankton jenis dari Pyrrophyta jumlahnya meningkat banyak akibat air yang hangat dan kaya nutrisi.
"Jika itu termakan, maka akan berpengaruh pada kesehatan ikan paus, yang dapat berakibat pada 'dis-orientation," kata Dedy. Setelah terpencar dari kelompok ikan paus itu nyasar ke perairan yang tidak cocok dengan ikan paus tersebut,
Berikut deretan ikan paus yang pernah terdampar di perairan Probolinggo berdasar data Dinas Perikanan Probolinggo.
Ikan paus minke terdampar di Desa Penambangan-Kecamatan Pajarakan pada 7 November 2010. Lalu ada ikan hiu paus atau hiu tutul terdampar di Desa Gejugan-Kecamatan Pajarakan pada 9 Desember 2010, ikan hiu paus/hiu tutul terdampar di Desa Binor-Kecamatan Paiton.
Kemudian sebanyak 32 ekor ikan paus pilot terdampar di Desa Pesisir-Kecamatan Gending dengan rincian 15 ekor mati dan 17 ekor berhasil diselamatkan pada 15 Juni 2016.
Ada paus balin terdampar di Desa Tongas Wetan-Kecamatan Tongas pada 30 Oktober 2017, dan beberapa waktu lalu paus balin terdampar dalam kondisi mati di Desa Randutatah-Kecamatan Paiton pada 6 Juni 2018.
ANTARA