Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kemah Bagi yang Tak Ingin Pisah dengan Kemewahan

Glamping kini mendunia. Bermula dari keinginan dekat dengan alam namun tak ingin jauh dari kemewahan.

17 Juli 2019 | 16.25 WIB

Kemah dalam glamping memiliki fasilitas sebagaimana hotel bintang lima. TEMPO/Tribute PortFolioTM
Perbesar
Kemah dalam glamping memiliki fasilitas sebagaimana hotel bintang lima. TEMPO/Tribute PortFolioTM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Cobalah mengombinasikan kata "glamour" dan "camping", Anda akan menemukan seni dari glamping. Glamping bisa dimaknai berpetualang di luar ruangan namun tak meninggalkan kemewahan rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Seturut informasi dari situs The Travel, glamping bermula dari agen perjalanan di Afrika Selatan, yang mencoba menarik wisatawan ke taman-taman nasional mereka. Tantangannya, alam yang liar itu hanya disukai para petualang bermental baja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lalu bagaimana dengan keluarga mereka – yang boleh jadi tak tahan digigit nyamuk, apalagi harus berhadapan dengan badak liar. Lalu lahirlah kemah-kemah mewah bak milik para raja atau bangsawan Eropa yang sedang berburu. 

Natra Bintang memiliki laguna buatan terbesar di dunia untuk menikmati berbagai wahana air tanpa takut badai. TEMPO/Tribute PortFolioTM

Setahun terakhir, tren glamping mulai datang ke Indonesia. Penyedia jasa glamping bukan hanya pengelola hotel biasa, namun juga jaringan internasional. Soal destinasi, Bali masih jadi unggulan. The Travel menempatkan Sandat Glamping Resort di urutan ketiga dari 10 besar destinasi Glamping dunia.

Sandat Glamping Resort di Bali hanya kalah oleh Farm Stay Esjan, Reykjavik di Islandia di urutan wahid dan Dunton River Camp di Pegunungan San Juan, Colorado, Amerika Serikat.

Sandat bisa jadi cerita sukses, terobosan baru dalam glamping. Masih menurut The Travel, Sandat sukses memasukkan konsep tradisi budaya Bali dalam kemah-kemah yang mereka bangun. Selain itu, lokasinya yang terpencil di Ubud, mendekatkan para tamu Sandat ke wisata budaya Bali.

Konsep Glamping yang harusnya dekat dengan alam liar berbalik 180 derajat. Tak ada Range Rover untuk melihat hewan liar, berganti dengan sepeda untuk menyusuri sawah dan bertegur sapa dengan penduduk.

Glamping menjadi jauh dari kata perkemahan, berganti dengan resor berbentuk kemah. Di Pulau Bintan, jaringan hotel raksasa Marriot International melalui Tribute PortfolioTM dengan brand Natra Bintan membangun 100 tenda untuk glamping – yang mulanya resor The Canopi Bintan.

Lebih jauh lagi, Natra Bintan alih-alih menyatu dengan alam, resor ini justru membangun laguna buatan, yang diklaim sebagai yang pertama dan terbesar di dunia. Fasilitas yang disematkan di tenda, merupakan standar hotel-hotel bintang lima.

“Sebanyak 100 kemah bertema safari, memiliki luas 40 m2, yang dirancang dengan gaya modern, dan dilengkapi dengan taman dan teras, four-poster bed, dan AC. Dilengkapi dengan TV LCD dan koneksi Wi-Fi, yang membuat para tamu terhubung dengan dunia sambil menikmati kehidupan pulau yang luar biasa,” ujar Mike Fulkerson, Vice President, Brand & Marketing Tribute PortfolioTM Asia Pacific.

Glamping saat ini memang jauh dari konsep awalnya. Apalagi fasilitasnya sangat ramah bagi keluarga, pasangan bulan madu, hingga anak-anak. Jadi, lupakan auman singa Afrika atau lembabnya hutan tropis, glamping terkini adalah kemah di hotel mewah.

Glamping De Loano Jawa Tengah (Foto: dok BKP Kemenpar)

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus