Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu cara asyik menikmati suasana di Yogyakarta adalah dengan jalan-jalan di malam hari. Sebab di malam hari, wisatawan dapat menikmati pengalaman khas Yogyakarta, seperti makan lesehan di kedai sego kucing pinggir jalan, nongkrong di kafe sambil mendengarkan musik jalanan, atau berburu gambar di berbagai spot tanpa terganggu hilir mudik orang dan kendaraan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hanya saja, kenikmatan wisata di Kota Yogyakarta pada malam hari itu, akhir-akhir ini berganti menjadi kekhawatiran. Klitih atau tindak kriminalitas jalanan yang biasanya dilakukan oleh sekelompok remaja kembali muncul. Wisata malam di Yogyakarta terusik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejak awal Ramadan 2022, klitih memakan korban jiwa dan luka-luka. Pada pekan ini sudah terjadi beberapa peristiwa klitih. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroer Poerwadi mengajak masyarakat mewaspadai dan mendeteksi potensi kriminalitas jalanan yang kembali muncul itu.
"Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) bisa memantau kondisi di lingkungan masing-masing dan para orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya, terutama yang masih remaja," kata Heroe Poerwadi pada Kamis, 7 April 2022. "Kriminalitas jalanan ini mengancam jiwa dan kondisi keamanan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan wisata."Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam pisau / klitih / perampokan. Shutterstock
Heroe mengatakan, klitih bukan hanya urusan aparat, terutama kepolisian, TNI, personel Satpol PP, satuan perlindungan masyarakat. "Meski petugas Satpol PP dan Linmas sudah berpatroli pada malam hari, terutama setelah pukul 24.00 WIB, kami berharap masyarakat turut mendukung dengan melaporkan potensi kriminalitas itu secepatnya," kata dia.
Patroli malam itu bertujuan memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Termasuk mencegah kelompok-kelompok yang hendak melakukan tindak kriminalitas jalanan. "Masyarakat bisa berperan dengan menjadi informan pertama yang melihat gejala-gejala itu," ujar Heroe Poerwadi.
Jika persoalan kriminalitas jalan atau klitih ini dibiarkan berlarut-larut, maka bisa berakibat luas. Terutama, Heroe melanjutkan, pada citra Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota wisata. "Kalau wisatawan menganggap di sini tidak aman dan tidak baik, mereka enggan datang ke Yogyakarta," katanya. Padahal, sektor pariwisata selama ini menjadi tulang punggung utama perekonomian Yogyakarta.
Heroe Poerwadi menduga klitih terjadi karena para orang tua lengah dalam memantau pergaulan dan keberadaan anak-anaknya. Hal itu berkaca pada kasus kriminalitas jalanan yang sebagian orang tua tidak mengetahui lingkungan bermain anak-anaknya. "Misalkan jika malam hari anak belum pulang, harus ditanyakan sedang apa dan cari keberadaanya," katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Yogyakarta, Budi Santosa mengatakan, sistem laporan deteksi dini melalui wadah FKDM di kelurahan, kecamatan, dan tingkat kota berperan penting dalam mencegah klitih. "Masyarakat jangan segan atau khawatir memberikan informasi apapun. Kami menjaga identitasnya," kata dia.
Baca juga:
Klitih Kembali Terjadi di Yogyakarta, Ini Arti dan Sejarah Awal Mulanya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.