KETIKA kemarin Sheila Easton meneriakkan lagu Glamorous Life, mereka sedang bergoyang di sepatu roda. Kaki meluncur, berputar, ketika orang lupa, ketika pikiran sudah lepas bebas. Dan itulah yang dicari Lala di arena seribu meter persegi, dalam pendaran cahaya Lipstick Disco Skate, di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. "Saya pernah main seharian di sini, sampai lupa waktu. Ya, karena keenakan," ujar si cantik bertubuh jenjang, siswi Sekolah Perhotelan Sahid Jaya ini. "Pulangnya dimarahin seisi rumah," tambah Lala, tergelak. Lipstick mangkal di bekas gedung Kebayoran Theatre. Selain Lala, banyak lagi remaja yang berseliweran, berputar, meliuk, mengikuti gelombang musik. Sesekali ditimpali lagu menghanyutkan, seperti You Ligh up My Life. Dan bunga-bunga metropolitan itu bergandengan tangan. Tra-lala-lalaa. Arena dan fasilitas hiburan ini sejak akhir Juli lalu, mulai laris kendati resminya baru dibuka awal bulan ini. Saban hari buka pukul 11.00 - 23.00 dengan membayar Rp 1.500, sekitar 100 remaja dan anak sekolah, menghabiskan waktu di sini. Tapi malam Minggu, tumpahsampai 700 orang, kapasitas maksimum di Lipstick. Aktris Zoraya Perucha dan Penyanyi Kiki Maria pernah pula menikmati getaran suasana di sini. Bagi yang belum mahir bergoyang-goyang, boleh minta dituntun. Di sana tersedia 700 pasang sepatu, yang disewa Rp 2.000, sepasang, tanpa batas waktu. "Tapi tak akan begini terus," kata Willy, manajer Lipstick, kepada Linda Djalil dari TEMPO. "Kami sedang mencari perhitungan yang lebih tepat. Tarif masuk barangkali akan naik jadi Rp 2.000, dan sewa sepatu dihitung lama pakainya." Pengelola sarana hiburan ini, PT Pudjiadi Prestige, yang juga mengelola Senopati Apartment, melakukan studi kelayakan sejak satu setengah tahun sebelum membuka arena disko skatenya. Antara lain ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Manila. "Kita ketinggalan 20 tahun dari Manila," katanya. Tak bersedia menyebut jumlah modal yang dibenamkannya untuk Lipstick, jebolan arsitektur Universitas Tarumanagara Jakarta itu menambahkan, ia sabar menunggu titik impas sampai tahun depan. Di Bandung, dengan pengelola tak seratus persen sama, ada pula Lipstick Disco Skate. Menempati ruang hampir 2.000 m2 di lantai empat Gedung Palaguna, arena bersuasana western ini diresmikan Wali Kota Bandung Ateng Wahyudi pada 16 Agustus lalu. Belum semua pengunjung, yang dipungut Rp 3.000, termasuk sewa sepatu, mahir bermain. "Untuk menolong yang jatuh dan terkilir, kami sediakan tukang urut," kata Dicky, manajer operasionalnya, pada wartawan TEMPO Ida Farida. "Jika jatuh sampai gegar otak, akan kami larikan ke rumah sakit." Syukur, sampai saat ini belum ada yang main sampai teler. Disko begini bukan monopoli Lipstick. Masih di Bandung, sebelumnya, sudah ada Disco Roller Romano. Lalu di Jakarta sendiri, di Aldiron Plaza, masih di kawasan Blok M, juga sudah lama ada Prambors Happy Day Roller Disco. Di sini suasananya sedikit lain. Berdampingan dengan ruang bilyar, Happy Day dijaga satpam berseragam. Tiketnya Rp 2.000, musiknya lebih menggelegak. Nikmati misalnya Honky Tonk Woman dari the Rolling Stones, yang menyibak dari balik pintu. Begitu masuk, cermin lebar menyergah. Dan para remaja itu tak hanya meluncur, tapi juga berjumpalitan. Direktrisnya Watinano. Kepada Yudhi Soerjoatmodjo dari TEMPO, ia menuturkan lahan usaha hiburannya dibuka 6 Juli lalu, tapi baru diresmikan 2 Agustus. "Waktu itu kami memang ngebut, untuk mendahului disko skate yang lain," kata wanita cantik berusia 30-an tahun ini. Ruangannya, yang bisa disewa untuk pesta, pernah dipinjam aktris remaja Nia Zulkarnaen untuk berfoto atas permintaan sebuah majalah. Cuma, ia ogah menyebut investasi dan kalkulasi bisnisnya, karena takut dikejar tukang pajak. Tapi gebyar remaja Jakarta ini rupanya jauh ketinggalan dari Surabaya. Di sini sudah ada Gedung Go-Skate yang kondang sejak 1979. Arenanya bukan main. Luasnya 4.000 m2, di gedung berlantai lima. "Investasinya tak kurang dari Rp 1 milyar," kata M.N. Hamdjoe, 49 tahun, Humas PT Surabaya Indah, pengelolanya, kepada Wahyu Muryadi dari TEMPO. Cuma lantaran pengunjung menyusut, pada 1980 arena hup-hap-hup ini ditutup. Kemudian April tahun lalu, sebuah arena baru seluas 400 m2, dibuka di lantai empat. Tapi fasilitasnya lebih canggih misalnya lantainya berlapis fiberglass dengan penyangga aluminium 3 cm. Ini untuk menahan getaran. Dan yang begini tampaknya nyaman. Mohamad Cholid