Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tabanan - Pengelola objek wisata Tanah Lot menunda kenaikan harga tiket masuk karena penurunan wisatawan akibat virus corona. Wisatawan mancanegara (wisman) asal Cina yang mendominasi kunjungan ke pura di tengah laut itu, menurun drastis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami evaluasi dulu, karena situasi masih belum memungkinkan,” kata Kepala Divisi Humas obyek wisata Tanah Lot, Putu Erawan, Sabtu, 22 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pihak Tanah Lot berencana menaikkan tiket masuk mulai 1 April 2020. Untuk rencana kenaikan tiket, Erawan merinci, untuk wisman dewasa kenaikannya mencapai Rp15.000. Sementara wisman anak-anak, kenaikannya Rp20.000.
Erawan mengatakan, saat ini sudah tidak ada terlihat wisatawan asal kawasan Asia Timur di Tanah Lot. “Yang banyak wisatawan asal India serta Eropa,” kata Erawan.
Perhitungan pihak pengelola objek wisata Tanah Lot, hilangnya wisatawan asal Cina mengurangi jumlah kunjungan sekitar 30 persen atau mencapai angka 2.000 orang setiap harinya.
Sementara itu, meski ada penurunan wisatawan asal Cina, pengelola objek wisata Ulun Danu Beratan tetap menaikkan harga tiket masuk. Kenaikan di obyek wisata ini sudah mulai dilakukan pada Januari 2020, “Karena sudah rencana sejak 2019,” kata Manajer Ulun Danu Beratan, I Wayan Mustika.
Ia juga menyebutkan, sekitar 30 persen kunjungan hilang setiap harinya atau sekitar 800 wisatawan karena virus corona. “Untuk kenaikan harga tiket tidak ada masalah,” ujarnya.
Mustika menerangkan, masih terlihat beberapa wisatawan asal Asia timur di Ulun Danu, cuman ia belum bisa memastikan apakah itu berasal dari Cina atau wilayah lain, “Yang banyak terlihat dari India dan Eropa,” ujarnya.
Keramaian wisatawan di area obyek wisata Tanah Lot saat libur akhir tahun, Senin, 30 Desember 2019. Saat libur akhir tahun, kunjungan ke salah satu obyek wisata terbesar di Bali ini menembus angka sepuluh ribu orang setiap harinya. TEMPO/ Made Argawa
Situasi sebaliknya terjadi di obyek wisata Jatiluwih, pada Februari 2020 kunjungan wisatawan mencapai sekitar 800 orang setiap harinya. “Padahal pada bulan yang sama tahun lalu, angka kunjungan hanya 500 orang,” kata manajer obyek wisata Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa.
Ia memperkirakan, karena di Indonesia belum ditemukan positif virus corona sehingga wisatawan, khususnya Eropa yang hendak berkunjung ke Singapura atau Cina mengalihkan liburan ke Indonesia. “Ini prediksi saja,” katanya.
MADE ARGAWA