Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Pesona Desa Bahari Torosiaje  

Jika Anda ingin merasakan serunya hidup di dekat laut, desa bahari Torosiaje bisa menjadi pilihan.

24 Juni 2015 | 11.37 WIB

Dua nelayan mencari ikan di sungai puteh, di kawasan Karst Rammang-rammang Bontoa, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 26 Agustus 2014. TEMPO/Fahmi Ali
Perbesar
Dua nelayan mencari ikan di sungai puteh, di kawasan Karst Rammang-rammang Bontoa, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 26 Agustus 2014. TEMPO/Fahmi Ali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda ingin merasakan serunya hidup dekat laut, Desa Torosiaje bisa menjadi pilihan. Warga perkampungan itu tinggal di rumah-rumah panggung di atas air yang terhubung oleh gang-gang selebar 2 meter.

Perkampungan di ujung barat Provinsi Gorontalo itu berpenghuni 389 keluarga, sebagian besar bekerja sebagai nelayan tangkap sekaligus pembudi daya. Butuh waktu sekitar tujuh jam dari Kota Gorontalo untuk menuju perkampungan di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato itu. 

Bila memilih transportasi umum, pengunjung bisa naik angkutan kota dari Terminal 42, Kota Gorontalo, dan naik angkutan menuju Popayato, yang akan mengantar penumpang sampai bagian darat desa yang pada 2007 dicanangkan sebagai desa wisata bahari itu. Dari sana, pengunjung bisa menggunakan ojek perahu menuju perkampungan di atas air.

Setelah sepuluh menit naik perahu dari Torosiaje darat ke Torosiaje laut. Tulisan "Welcome to Bajo" dan deretan rumah panggung menyambut pengunjung. Hampir setiap warga memiliki jaring apung di kolong rumah untuk membudidayakan ikan kerapu macan dan ikan kue di perkampungan dengan keliling sekitar 3.000 meter itu.

Meski berada di atas air, perkampungan Torosiaje punya lapangan bulu tangkis, gedung taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, serta masjid.

Desa wisata itu juga memiliki dua fasilitas penginapan dengan biaya sewa per kamar sekitar Rp 100 ribu per malam. Salah satu penginapan yang ada di ujung kampung milik pemerintah dan satu lagi milik warga setempat. Saat penginapan penuh, pengunjung bisa menginap di rumah warga.

Selama tinggal di Torosiaje, pengunjung bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari warga kampung yang kebanyakan nelayan. Warga di sana lebih banyak mengandalkan genset untuk berbagai keperluan karena listrik sering padam. Mereka pun sering kali mengangkut air dari darat menggunakan perahu karena aliran air dari perusahaan daerah air minum sering macet.

Kisah Torosiaje
Kepala Desa Torosiaje Jekson Sompah mengatakan Torosiaje sendiri berasal dari kata "toro", kata dalam bahasa suku Bajo yang berarti tanjung, dan "Si Aje" (Si Haji), nama warga yang pertama kali mendiami wilayah itu.

Ia berkisah, pada 1901, baru ada empat unit rumah panggung milik suku Bajo yang berdiri di perairan setempat. Sedangkan warga lain masih tinggal di atas rumah perahu dan berpindah-pindah.

Pada 1960-an, kepala desa setempat yang disebut "punggawa" memerintahkan warga yang masih tinggal di perahu untuk membangun rumah dan menetap di kawasan perairan tersebut.

"Suku Bajo memang dikenal sebagai petualang suka berpindah-pindah dengan rumah perahunya. Hingga saat ini, orang-orang tua mempercayai perairan ini auranya jernih, artinya nyaman dan aman untuk ditinggali anak-cucu," ucapnya.

Warga Torosiaje pernah mencoba hidup di darat. Pada 1980, Dinas Sosial memindahkan 125 keluarga ke daratan yang kini dikenal dengan nama Desa Torosiaje Jaya dan memberi mereka lahan. Namun, karena kesulitan melakoni pekerjaan baru, sebagian warga memutuskan kembali ke perkampungan di atas laut dan setia menjadi nelayan.

Kini Torosiaje tak hanya dihuni suku Bajo, tapi juga suku lain, seperti Gorontalo, Bugis, Mandar, Buton, Minahasa, Jawa, dan Madura yang mayoritas beragama Islam.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rully Widayati

Rully Widayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus