Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jambi - Pemerintah Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, ingin menarik lebih banyak wisatawan dengan menggelar Festival Tapa Malenggang pada peringatan hari jadi daerah yang ke-70 tahun 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bupati Batanghari Syahirsyah mengatakan festival yang berlangsung 29 November hingga 2 Desember itu digelar di beberapa lokasi dengan pusat kegiatan di Bulian Sport Center Muarabulian. "Festival akan menampilkan budaya serta adat istiadat masyarakat Batanghari," kata dia di Jambi, Jumat, 30/11.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival mencakup acara sedekah bumi, karnaval fesyen, pameran, lomba memancing dan beberapa kompetisi lain. Lalu ada pentas musik tradisional dan pertunjukan hiburan rakyat. Syahirsah mengatakan pemerintah kabupaten rutin mengevaluasi penyelenggaraan festival tahunan itu dan terbuka menerima masukan dari berbagai pihak guna memperbaiki pelaksanaannya.
"Harapannya Festival Tapa Malenggang setiap tahunnya dapat diselenggarakan dengan lebih baik lagi, sehingga dapat mendatangkan wisatawan dari luar daerah," katanya.
Batanghari memang memiiki sejarah panjang dan kaya budaya. Batanghari sejatinya sudah terkenal sejak abad ke-7 Masehi. Dari sinilah awal mula nama Swarnadwipa dilekatkan untuk menyebut Pulau Sumatera.
Swarnadwipa dalam bahasa Sansekerta, yang artinya Pulau Emas. Ya, sistem aliran Sungai Batanghari di Batrangjari telah membawa banyak deposit emas. Sejak dulu hingga sekarang, banyak bermunculan pertambangan emas di sepanjang aliran sungai anakan Batanghari.
Batanghari pernah menjadi titik penting perdagangan di Sumatera. Di sungai ini pernah tumbuh peradaban Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya. Jejak-jejak Kerajaan Melayu dan Sriwijaya itu kini bisa disaksikan di kompleks Candi Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. Kompleks candi ini membentang seluas 260 hektare dan merupakan yang terluas di Indonesia.
ANTARA