Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Pulau Bali Masih Tujuan Utama Independent Traveller Australia

Bali masih menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara asal Australia. Mereka tak terpengaruh kondisi Gunung Agung yang masih aktif.

11 Desember 2017 | 09.48 WIB

Dua wisatawan menyiapkan selancar di kawasan Festival Kuta Sea Sand Land, Pantai Kuta, Bali, 18 Agustus 2017. Sederetan artis akan memeriahkan acara tersebut, seperti RIF Band, Double-T, Soul ID, dan Wildeones. ANTARA FOTO
material-symbols:fullscreenPerbesar
Dua wisatawan menyiapkan selancar di kawasan Festival Kuta Sea Sand Land, Pantai Kuta, Bali, 18 Agustus 2017. Sederetan artis akan memeriahkan acara tersebut, seperti RIF Band, Double-T, Soul ID, dan Wildeones. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Melbourne - Bali masih menjadi tujuan favorit wisatawan mancanegara (wisman) asal Australia. Bahkan banyak di antara mereka yang sudah menganggap Pulau Dewata sebagai rumah kedua. Wisata Bali memang terus berdenyut meski Gunung Agung masih aktif.

"Australia masih merupakan pasar pariwisata Indonesia yang luar biasa karena 90 persen perjalanan masyarakat Australia itu ke Bali," kata Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di Melbourne Emil Hardy Ridwan, di Melbourne, Senin, 11 Desember 2017.

Ia mengatakan tiga besar tujuan bepergian masyarakat Australia adalah Selandia Baru, Bali, dan Amerika Serikat. Namun, untuk tujuan Selandia Baru, kata dia, sebagian besar untuk kepentingan kunjungan keluarga dan relasi (visiting family and relatives tourism).

"Jadi, untuk tujuan wisata, Bali masih menjadi favorit utama mereka," ujarnya.

Bahkan, saat Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, sempat ditutup pada 26-27 Desember 2017, akibat peningkatan aktivitas Gunung Agung, wisman Australia tidak merasa khawatir. "Terutama mereka yang muda-mudi, independent traveller, mereka cuek. Meskipun untuk yang segmen yang sudah keluarga banyak yang menahan diri dan sementara tidak ke Bali," tutur Emil.

Emil menyebut, ketika maskapai yang berbasis di Melbourne, Jetstar, menambah frekuensi penerbangan ke Denpasar dari tujuh kali sepekan menjadi 12 sepekan pada siang hari, permintaan masih sangat tinggi, sehingga mereka ingin terus menambah frekuensi penerbangan dari Melbourne dan Sydney.

“Namun kapasitas bandara di Bali tidak mampu memenuhi demand yang tinggi tersebut," katanya.

Emil mengatakan Australia merupakan potensi pasar yang besar dan harus terus dipertahankan. Indonesia menargetkan menjaring 1,8 juta wisman asal Negeri Kanguru itu sampai tutup tahun ini.

ANTARA

Berita lain:
Perhatikan Dua Larangan Ini Saat Melancong ke Jepang
Muslim dari 3 Negara Ini Paling Banyak Wisata Ziarah ke Yerusalem

Sambal Indonesia Gugah Lidah Orang Rusia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus